#istn_steril_kelas K
Disusun Oleh :
Fitriyani Dwi Ningsih (18334702)
Irma Fransiska (18334704)
Ana Pertiwi (18334706)
Mery Adillah (18334707)
Disusun Oleh :
Fitriyani Dwi Ningsih (18334702)
Irma Fransiska (18334704)
Ana Pertiwi (18334706)
Mery Adillah (18334707)
Nama anggota kelompok :
Fitriyani dwi Ningsih (18334702)
Irma Fransiska (18334704)
Ana Pertiwi (18334706)
Mery Adillah (18334707)
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam dunia farmasi sediaan obat tetes sangat diperlukan dalam dunia kesehatan. Obat tetes merupakan sediaan cair yang mengandung obat dan atau sediaan obat dalam keadaan terlarut, tersuspensi atau teremulsi, digunakan secara diminum dalam dosis tetesan dan disimpan dalam wadah untuk dosis banyak. Obat tetes tertentu yang digunakan pada hidung disebut obat tetes hidung (Rhinoguttine). Obat tetes tertentu yang digunakan pada telinga disebut obat tetes telinga (Otoguttae). Persyaratan untuk pembuatan, penyimpanan, dan penyerahan obat tetes harus diperhatikan yang tertera pada “ larutan”, “Emulsi” atau “Suspensi” atau sediaan lain yang sesuai. Guttae adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi, atau suspense, dimaksudkan untuk obat dalam ataupun luar, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku dalam farmakope Indonesia.
Guttae atau obat tetes merupakan salah satu dari bgian sediaan farmasi yang termaksud ke dalam sediaan steril. Guttae adalah sediaan cair berupa larutan emulsi arau suspensi yang dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan dihasilkan penetes baku yang disebutkan dalam Farmakope Indonesia. Guttae atau obat tetes sendiri terdiri dari guttae atau obat tetes yang digunakan untuk obat luar dilakukan dengan cara meneteskan obat ke dalam makanan atau minuman. Dari semua obat tetes hanyalah obat tetes telinga yang tidak menggunakan air sebagai zat pembawanya. Karena obat tetes telinga harus memperhatikan kekentalan. Agar dapat menempel dengan baik kepada dinding telinga. Guttae auritulares ini sendiri merupakan obat tetes yang digunakan untuk telinga dengan cara meneteskan obat ke dalam telinga. Zat pembawanya biasanya menggunakan gliserol dan propilenglikol. Bahan pembuatan tetes telinga harus mengandung bahan yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang masuk secara tidak sengai bila wadah dibuka pada waktu penggunaan dikatakn bersifat bakteriostatik.
Tetes telinga mengandung cairan pembawa, bila tidak dinyatakan lain cairan pembawa yang digunakan bukan air. Cairan pembawa yang digunakan harus memiliki kekentalan yang sesuai agar obat mudah menempel pada dinding telinga, biasanya berupa gliserin dan propilenglikol. Selain itu bisa jugamenggunakan etanol, heksilenglikol, dan minyak lemak nabati. Tetes telinga jugamengandung zat aditif seperti pengawet, antioksidan, buffer, agen viskositas, atausurfaktan. Antioksidan seperti natrium disulfida dan penstabil lainnnya jugadimasukkan dalam formulasi obat telinga jika dibutuhkan..Larutan yang dipakai ke dalam telinga ini biasanya mengandung :
Terdapat 5 sifat fisik kimia yang harus diperhatikan dalam pembuatanguttae auriculares, yaitu :
Kebanyakan senyawa obat larut dalam cairan pembawa yang umumdigunakan pada sediaan tetes telinga, jika senyawa obat tidak larut dalam cairan pembawa maka bisa dibuat sediaan suspensi.
Bila sediaan berupa suspensi maka sebagai zat pensuspensinya digunakan sorbitan (span) atau polisorbat (tween)
Viskositas sediaan tetes telinga penting untuk diperhatikan karena dapatmenjamin sediaan bisa lama berada di dalam saluran telinga.
Dengan adanya surfaktan akan membantu proses penyebaran sediaandan melepaskan kotoran pada telinga.
Beberapa guttae auriculares memerlukan pengawetanterhadap pertumbuhan mikroba.
Apabila pengawetan diharuskan, maka bahanyang umumnya dipakai adalah klorobutanol (0,5%), timerosal (0,01%)dan kombinasi paraben
Larutan alkali biasanya tidak diinginkan karena tidak fisiologis dan menyediakan media yang subur untuk penggandaan infeksi.
Ketika pH telinga berubah dari asam menjadi alkali, bakteri dan fungi akantumbuh lebih cepat.
BAB II
ISI
Obat – obat yang digunakan pada permukaan bagian luar telinga untuk melawan infeksi adalah zat – zat seperti kloramfenikol, kolistinsulfat, neomisin, polimiksin B sulfat dan nistatin yang berfungsi melawaninfeksi jamur yang diformulasikan ke dalam bentuk tetes telinga (larutanatau suspensi) dalam gliserin anhidrat atau propilenglikol. Zat pembawa yang kental ini memungkinkan kontak antara obat dan jaringan telingalebih lama. Selain itu, sifat zatnya yang higroskopis menarik kelembapandari jaringan telinga sehingga mengurangi peradangan.
Untuk membantu mengurangi rasa sakit yang sering menyertai infeksi telinga, beberapa guttae auriculares juga mengandung bahanan algetik seperti antipirin dan anestetika lokal seperti lidokain, dibukaindan benzokain dalam pelarut propilen glikol dan gliserin anhidrida.
Pengobatan permukaan bagian luar telinga dari infeksi sering dipertimbangkan dengan pengobatan secara sistemik, yaitu pemberian antibiotik secara oral. Guttae auriculares dengan zat antiradang hidrokortison dandeksametason natrium fosfat dituliskan dalam resep untuk efeknyaterhadap pembengkakan dan peradangan, yang sering disertai alergi sertagatal– gatal pada telinga saat atau setelah pengobatan terhadap infeksi telinga tersebut.
Tiap 10 mL mengandung :
1. Alasan Pemilihan Bahan.
Sebagai zat aktif yang diindikasikan sebagai obat yang berfungsi sebagai obat untuk membunuh dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Sebagai zat tambahan yang digunakan sebagai zat tambahan/pelarut untuk melarutkan sediaan tetes telinga, karena mempunyai viskositas yang tinggi sehingga kontak obat lebih lama.
II.1 Alat dan Bahan
II.2 Bahan yang digunakan
II.3 Pembuatan
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan percobaan dan evaluasi yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sediaan yang telah dibuat sebanyak 6 botol dengan volume @10,7 mL adalah sesuai dengan syarat yang ditentukan atau sesuai dengan literatur yang seharusnya.
DAFTAR PUSTAKA
Pertanyaan
Jawaban
Infus Larutan Elektrolit & Karbohidrat
Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Formulasi sediaan steril merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang banyak dipakai, terutama pada pasien yang dirawat dirumah sakit. Sediaan steril sangat membantu pada saat pasien dioperasi, diinfus, disuntuk, mempunyai luka terbuka yang harus diobati dan sebagainya.
Steril adalah suatu keadaan dimana suatu zat bebas dari mikroba hidup, baik yang patogen (menimbulkan penyakit) maupun apatogen / non patogen (tidak menimbulkan penyakit), baik dalam bentuk vegetatif (siap untuk berkembang biak) maupun dalam bentuk spora (dalam keadaan statis, tidak dapat berkembang biak, tetapi melindungi diri dengan lapisan pelindung yang kuat). Sterilisasi adalah suatu proses untuk membuat ruang / benda menjadi steril.
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Selain itu, sterilisasi adalah cara untuk mendapatkan suatu kondisi bebas mikroba atau setiap proses yang dilakukan baik secara fisika, kimia, dan mekanik untuk membunuh semua bentuk kehidupan terutama mikroorganisme.Secara tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah istilah yang mempunyai konotasi relative, dan kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas dari mikroorganisme hanya dapat diduga atas dapat proyeksi kinetis angka kematian mikroba.
Salah satu sediaan yang termasuk sediaan steril adalah sediaan infus. Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 10 ml yang diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok. Larutan intravena volume besar adalah injeksi dosis tunggal untuk intravena dandikemas dalam wadah bertanda volume lebih dari 100 mL. Infus intravenous adalahsediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen dan sedapat mungkin dibuatisotonis terhadap darah, disuntikkan langsung ke dalam vena dalam volume relatif banyak.Kecuali dinyatakan lain, infus intravenous tidak diperbolehkan mengandung bakterisida danzat dapar. Larutan untuk infus intravenous harus jernih dan praktis bebas partikel
Asupan air dan elektrolit dapat terjadi melalui makanan dan minuman dan dikeluarkan dalam jumlah yang relatif sama. Rasionya dalam tubuh adalah air 57%; lemak 20,8%; protein 17,0%; serta mineral dan glikogen 6%. Ketika terjadi gangguan hemeostatis (keseimbangan cairan tubuh), maka tubuh harus segera mendapatkan terapi untuk mengembalikan keseimbangan air dan elektrolit.
Infus karbohidrat adalah sediaan infus berisi larutan glukosa atau dekstrosa yang cocok untuk donor kalori. Kita menggunakannya untuk memenuhi glikogen otot kerangka, hipoglikemia, dan lain-lain.
Infus dapat digolongkan berdasarkan komposisi dan kegunaannya, seperti berikut ini:
Ion | Jumlah normal mV/liter |
Na K Ca Mg Cl HCO3 HPO4 SO4 Protein | 137,0 – 148,0 3,9 – 5,0 4,8 – 5,4 1,7 – 3,3 98,0 – 108,0 24,0 – 28,0 1,5 – 2,3 1 – 2,0 14,6 – 19,4 |
Penyebab berkurangnya elektrolit plasma adalah kecelakaan, kebakaran, operasi atau perubahan patologis organ, gastroenteritis, demam tinggi, atau penyakit lain yang menyebabkan output dan input tidak seimbang.
Kehilangan natrium disebut hipovolemia, sedangkan kekurangan H2O disebut dehidrasi. Kemudian, kekurangan HCO3disebut asidosis metabolic dan kekurangan K+ disebut hipokalemia.
Asidosis berbeda dengan asidemia. Asidosis berkaitan dengan proses fisiologis yang menyebabkan penurunan pH darah, sedangkan asidemia adalah keadaan pH arteri < 7,35.
Contoh:
2. Infus Karbohidrat
Infus yang mengandung karbohidrat. Karbohidrat merupakan bahan bakar utama (sumber energi) bagi tubuh yang didalam makanan terdapat sebagai monosakarida, disakarida dan polisakarida. Selain sumber energi juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan asam-basa, pembentukan struktur sel, jaringan dan organ tubuh. Bilamana seorang penderita harus diberikan makanan yang memadai tetapi tidak dapat melalui saluran cerna atau mengalami gangguan saluran cerna seperti diare maka sumber energi utama yakni karbohidrat dapat diberikan melalui infus yang mengandung karbohidrat.
Contoh : larutan manitol 15-20% digunakan untuk menguji fungsi ginjal.
No. | Nama alat | Ukuran | Jumlah | Cara sterilisasi | Suhu (°C) | Waktu (menit) |
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. | Gelas arloji Beker Glass Batang Pengaduk Corong + Kertas Saring Erlenmeyer Gelas Ukur Spatel Logam Pipet Tetes Pinset Penara Botol infus Tutup karet | – 50 ml 200 ml – – 200 ml 100 ml – – – – – – | 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 2 1 1 | autoclaf autoclaf autoclaf autoclaf autoclaf oven atoclaf autoclaf autoclaf auotoklaf oven otoklaf oven oven | 121 121 121 121 121 180 121 121 121 121 180 121 180 180s | 15 15 15 15 15 30 15 15 15 15 30 30 30 30 |
4. Tes LAL dikatakan positif berarti ada indikasi adanya endotoksin jika gumpalan gel tetap bertahan tidak jatuh saat tabung dibalikkan.
Q n A
a.Asidosis
Kondisi plasma darah yang terlampau asam akibat adanya ion klorida dalam jumlah berlebih. Dalam kata lain, terjadi proses peningkatan konsentrasi ion hidrogen. pH darah normal berkisar antara 7,35 sampai 7,45. Darah seseorang dinilai terlalu asam bila pH kurang dari 7,35.
b. Alkalosis
Kondisi plasma darah yang terlampau basa akibat adanya ion natrium, kalium, dan kalsium dalam jumlah berlebih dengan nilai pH lebih besar dari 7,45, dikategorikan terlalu basa, atau disebut dengan alkalosis.2. Q : Jenis infus yang cocok untuk mengatasi asidosis dan alkalosis ? A : Pemberian Infus larutan elektrolit, karena secara klinis larutan elektrolit digunakan untuk mengatasi perbedaan ion atau penyimpangan jumlah normal elektrolit dalam darah. Mengalami gangguan keseimbangan elektrolit akut, sehingga harus segera diberikan ion-ion Ca2+, Na+, K+, Ce- dan HCO3-, dan sebagai sumber kalori dimana pengganti cairan dan kalori dibutuhkan, karena ion-ion tersebut dibutuhkan oleh tubuh untuk memnuhi kebutuhan elektrolit tubuh pada ekstrasel dan intrasel.
3. Q : Pada perhitungan tonisitas, kenapa nilai 0,475 pada Δ tf dapat dikatakan sudah isotonis ? A : Karena Rentang isotonis ialah 0,34 – 1,16, dan 0,475 masih masuk dalam rentang tonisitas tersebut
4. Q : Tempat apa yang paling bagus wadahnya? A : Wadah tertutup baik melindungi isi terhadap masuknya bahan padat dan mencegah kehilangan bahan selama penanganan , pengangkutan , penyimpanan dan distribusi.
Titi Setia Murni 16330064
Ribka Andayani 16330069
Sasha Jesita 16330071
Annes Aulidya 16330072
Muhammad Azmi Rachman 16330077
#istn_steril_b
Mata merupakan organ yang peka dan penting dalam kehidupan, terletak dalam lingkaran bertulang yang berfungsi untuk memberi perlindungan maksimal sebagai pertahanan yang baik dan kokoh. Mata mempunyai pertahanan terhadap infeksi, karena sekret mata mengandung enzim lisozim yang dapat menyebabkan lisis pada bakteri dandapat membantu mengeliminasi organisme dari mata (Muzakkar, 2007).
Dalam pengobatan berbagai penyakit dan kondisi pada mata, ada beberapa bentuk sediaan pada obat mata, dimana masing-masing obat mata tersebut memiliki mekanisme kerja tertentu. Salah satunya bentuk sediaan obatnya adalah tetes mata (Lukas,2006). Obat tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang digunakan dengan meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak danbola mata. Persyaratan tetes mata antara lain: steril, jernih, tonisitas,sebaiknya sebanding dengan NaCl 0,9 %. Larutan obat mata mempunyai pH yang sama dengan air mata yaitu 4,4 dan bebas partikel asing. Penggunaan tetes mata pada etiketnya, tidak boleh digunakan lebih dari satu bulan setelah tutup dibuka,karena penggunaan dengan tutup terbuka kemungkinan terjadi kontaminasi dengan bebas (Muzakkar, 2007).
Selain obat tetes mata digunakan untuk mengobati berbagai penyakit dan kondisi pada mata, dapat juga digunakan untuk menghilangkan ketidak nyamanan pada mata (American Academy of Ophthalmology, 2011). Menurut khasiatnya, obat mata dikenal antara lain sebagai anestetik topikal, anestetik lokal untuk suntikan,midriatik & sikloplegik, obat-obat yang dipakai dalam pengobatan glaukoma, kortikosteroid topikal, campuran kortikosteroid & obat anti-infeksi, obat-obat lain yang dipakai dalam pengobatan konjungtivitis alergika, dan obat mata anti-infeksi.
Sediaan pengobatan dapat berupa larutan dan suspensi dengan cara meneteskannya pada mata (Vaughan & Asbury, 2010). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tetesmata (oculoguttae) merupakan cara pemberian obat pada mata yang dapat digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan cara mendilatasi pupil, untuk mengukur refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa, kemudian juga dapat digunakan untuk menghilangkan iritasi mata (Aziz,2011).
Sangatlah penting untuk diingat bahwa seluruh obat-obatan termasuk tetes mata memiliki efek samping. Beberapa efek samping yang ditimbulkan oleh tetes mata bersifat lokal,artinya hanya berefek pada mata saja. Seperti mata merah, iritasi, dan penglihatan yang kabur. Sebagian besar bahan medikasi pada tetes mata dapat tertinggal didalam atau disekitar mata. Tetapi dalam jumlah kecil, dapat juga berefek pada tubuh (American Academy of Ophthalmology, 2011).
Tetes mata diserap kedalam aliran darah melalui lapisan membran mukosa pada permukaan mata, sistem pengeluaran air mata, dan hidung. Ketika diabsorbsi pada aliran darah, tetes mata dapat menyebabkan efek samping pada bagian tubuh lainnya. Beberapa efek samping diantaranya adalah: denyut jantung melemah, rasa pusing, dan sakit kepala. Walaupun demikian, umumnya obat tetes mata memiliki resiko efek samping yang lebih kecil daripada jenis obat-obatan lain yang di konsumsi secara oral (American Academy of Ophthalmology, 2011).
Obat mata golongan antiseptik dan antiinfeksi digunakan pada gangguan mata karena adanya infeksi oleh mikroba, masuknya benda asing ke dalam kornea mata atau kornea mata luka/ulkus. Kebanyakan infeksi mata superfisial akut dapat diobati secara topikal. Blefaritis dan konjungtivitis sering disebabkan oleh stafilokokus; sedangkan keratitis dan endoftamitis mungkin bisa disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur. Blefaritis bakterial dapat diobati dengan pemberian salep mata antibakteri di kantung konjungtiva atau di pelupuk mata.
Hampir semua kasus infeksi konjungtiva akut dapat sembuh dengan sendirinya. Antibakteri tetes mata atau salep mata digunakan bila diperlukan tindakan pengobatan. Respons yang kurang baik terhadap pemberian obat menunjukan konjungtivitis kemungkinan disebabkan oleh virus atau alergi.
Konjungtivitis gonokokus diobati dengan antimikroba sistemik dan topikal. Sementara itu, ulkus kornea dan keratitis perlu penanganan oleh dokter spesialis dan mungkin membutuhkan penggunaan antimikroba subkonjungtival atau sistemik. Endoftalmitis adalah kedaruratan medik yang juga membutuhkan penatalaksanaan oleh dokter spesialis dan sering membutuhkan pengobatan menggunakan antibiotik parenteral, sub-konjungtival atau sistemik.
Kandungan obat antiseptik dan antiinfeksi mata selain pembawa yang harus steril dan inert(tidak menimbulkan efek pada mata atau tidak bereaksi dengan zat aktifnya/obat) dalam bentuk tetes atau salep, juga zat aktifnya merupakan antibiotik/antiseptik atau antivirus dengan berbagai golongan.
Obat antiinfeksi untuk mata dibagi lagi dalam beberapa bagian yakni antibakteri, antijamur, dan antivirus, yang masing-masing golongan tersebut ada spesialisasiter sendiri khusus untuk obat-obatnya.
Golongan senyawa obat khusus untuk antibakteri dan antijamur yakni: asam fusidat, firamisetin sulfat, gentamisin, kloramfenikol, levofloksasin, neomisin sulfat, polimiksin B sulfat, ciprofloxacin, tobramisin, dibekasin, oxitetrasiklin, sulfasetamid, dan tetrasiklin. Sementara golongan senyawa obat yang termasuk antivirus yakni: asiklovir dan idoksuridin untukinfeksi herpes simpleks seperti ulcer kornea.
Kortikosteroid yang digunakan secara lokal (seperti tetes mata, salep mata, atau injeksi subkonjungtival) atau secara oral dan sistemik memiliki peranan penting dalam pengobatan inflamasisegmen anterior, termasuk yang disebabkan oleh pembedahan. Tiga risiko yang berhubungan dengan penggunaan kortikosteroid yakni: mata merah, glaukoma steroid dan katarak steroid.
Peradangan pada mata sering juga disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur dan alergi. Gejala yang dirasakan pasien misalnya mata berair dan gatal, tampak kemerahan, adanya secret/kotoran mata, silau, buram atau kelopak mata bengkak. Pengobatan bergantung kepada penyebabnya dapat berupa antibiotika, antiinflamasi, anti alergi, anti jamur dan antivirus.
Sediaan lain yang digunakan untuk pengobatan topikal inflamasi dan konjungtivitis alergi meliputi antihistamin, lodoksamid dan natrium kromoglikat. Sediaan topikal antihistamin seperti tetes mata yang mengandung antazolin sulfat, ketotifen, levokasbatin, dan olopatadin dapat digunakan untuk konjungtivitis alergi. Tetes mata natrium kromoglikat mungkin berguna untuk keratokonjungtivitis vernal dan konjungtivitis alergi lainnya. Tetes mata lodoksamid digunakan untuk konjungtivitis alergi termasuk yang musiman. Tetes mata diklofenak juga digunakan untuk konjungtivitis alergi musiman.
Digunakan untuk memperlebar pupil mata, biasanya digunakan bila akan dilakukan pemeriksaan pada mata untuk melihat detail mata. Tetes matamidriatik secara temporer akan menstimulasi pelebaran otot iris pada mata.
Midriatik biasa digunakan untuk alasan berikut ini:
Antimuskarinik melebarkan pupil dan melumpuhkan otot siliaris; keduanya berbeda dalam potensidan lama kerja. Midriatik yang relatif lebih lemah, kerja singkat, sepertitropikamid 0.5%, digunakan untuk funduskopi. Penggunaan Midriatik menyebabkan pelebaran pupil mata sehingga lebih sensitif terhadap cahaya. Oleh sebab ituselain obat penggunaan kacamata UV juga dapat membantu.
Berikut beberapa golongan senyawa obat yang termasuk obat mata midriatik dan sikloplegik: antimuskarinik (atropin sulfat, siklopentolat HCL, homatropin HBr,Tropikamid), simpatomimetik (fenilefrin HCL).
Glaukoma adalah kelainan yang ditandai dengan kehilangan pandangan penglihatan yang berhubungan dengan kerusakan pada optic disc dan saraf mata. Walaupun umumnya glaukoma dikaitkan dengan peningkatan intraokular tapi juga dapat terjadi pada tekanan intraokular normal.
Glaukoma yang paling umum terjadi adalah glaukoma sudut terbuka primer (glaukoma simplekkronik; glaukoma sudut lebar) dimana sumbatannya terjadi pada trabecular meshwork. Kondisi ini sering tanpa gejala dan pederita kehilangan penglihatan secara bermakna. Glaukoma sudut tertutup primer (glaukoma sudut tertutup akut; glaukoma sudut sempit) disebabkan tertutupnya aliran aqueous humour ke bilik anterior dan secara medis merupakan keadaan gawat darurat.
Hanya obat yang dapat menurunkan tekanan intraokular yang dapat digunakan dalam pengobatan glaukoma; obat tersebut bekerja melalui mekanisme berbeda. Beta-blocker topikal atau analog prostaglandin umumnya merupakan obat pilihan pertama. Obat ini perlu dikombinasikan dengan obat lain seperti miotik, simpatomimetik, dan inhibitor anhidrase karbonik untuk mengontrol tekanan intraokular.
Miotik digunakan dengan tujuan konstriksi/memperkecil pupil mata. Obat jenis ini bertolak belakang dengan penggunaan tetes mata midriatik. Sedangkan antiglaukoma digunakan untuk mencegah peningkatan Tekanan Intra Okular yang berakibat pada perubahan patologis optik mata yang dapat menyebabkan kebutaan.
Sebagaimana yang telah dikatakan, ada bahan untuk mencegah perkembangan mikroorganisme yang mungkin terdapat selama penggunaan tetes mata.
Pengawet yang dipilih seharusnya mencegah dan membunuh pertumbuhan mikroorganisme selama penggunaan. Pengawet yang sesuai untuk larutan obat tetes mata hendaknya memiliki sifat sebagai berikut (AOC, 234) :
1. Bersifat bakteriostatik dan fungistatik. Sifat ini harus dimiliki terutamaterhadap Pseudomonas aeruginosa.
2. Non iritan terhadap mata (jaringan okuler yaitu kornea dan konjungtiva).
3. Kompatibel terhadap bahan aktif dan zat tambahan lain yang dipakai.
4. Tidak memiliki sifat alergen dan mensensitisasi.
5. Dapat mempertahankan aktivitasnya pada kondisi normal penggunaan sediaan.
Golongan pengawet pada sediaan tetes mata (DOM hal 148
Jenis | Konsentrasi | Inkompatibilitas | Keterangan |
Senyawa amonium kuartener : Benzalkonium klorida | 0,004 – 0,02 % (biasanya 0,01%) | Sabun, surfaktan anionik, salisilat, nitrat, fluorescein natrium. | · Paling banyak dipakai untuk sediaan optalmik. · Efektivitasnya ditingkatkan dengan penambahan EDTA 0,02%. |
Senyawa merkur nitrat : · Fenil merkuri nitrat · Thiomersal | 0,01 – 0,005% 0,005% | Halida tertentu dengan fenilmerkuri asetat | Biasanya digunakan sebagai pengawet dari zat aktif yang OTT dengan benzalkonium klorida |
Parahidroksi benzoat : Nipagin, Nipasol | Nipagin 0,18% + Nipasol 0,02% | Ddiadsorpsi oleh makromolekul, interaksi dengan surfaktan nonionik | Jarang digunakan; banyak digunakan untuk mencegah pertumbuhan jamur, dalam dosis tinggi mempunyai sifat antimikroba yang lemah. |
Fenol : Klorobutanol | 0,5 – 0,7% | Stabilitasnya pH dependent; aktivitasnya tercapai pada konsentrasi dekat kelarutan max | Akan berdifusi melalui kemasan polietilen low-density |
Alkohol aromatik : Feniletil alcohol | 0,5 – 0,9% or 0,5% | Kelarutan dalam air rendah | Akan berdifusi melalui kemasan polietilen low-density, kadang2 digunakan dalam kombinasi dengan pengawet lain. |
Kombinasi pengawet yang biasanya digunakan adalah :
· Benzalkoniumklorida + EDTA
· Benzalkonium klorida + Klorobutanol/feniletilalkohol/ fenilmerkuri nitrat
· Klorobutanol + EDTA/ paraben
· Tiomerasol + EDTA
· Feniletilakohol + paraben
Zat aktif untuk sediaan mata ada yang dapat teroksidasi oleh udara. Untuk itu kadang dibutuhkan antioksidan. Antioksidan yang sering digunakan adalah Na metabisulfit atau Na sulfit dengan konsentrasi sampai 0,3%. Vitamin C (asam askorbat) dan asetilsistein pun dapat dipakai terutama untuk sediaan fenilefrin.
Degradasi oksidatif seringkali dikatalisa oleh adanya logam berat, maka dapat ditambahkan pengkelat seperti EDTA. Penggunaan wadah plastik yang permeabel terhadap gas dapat meningkatkan proses oksidatif selama penyimpanan (Codex, 161-165; RPS, 1590).
Secaraideal, larutan obat mata mempunyai pH dan isotonisitas yang sama dengan airmata. Hal ini tidak selalu dapat dilakukan karena pada pH 7,4 banyak obat yangtidak cukup larut dalam air. sebagian besar garam alkaloid mengendap sebagai alkaloid bebas pada pH ini. Selain itu banyak obat tidak stabil secara kimia pada pH mendekati 7,4 (FI III, 13). Tetapi larutan tanpa dapar antara pH 3,5 – 10,5 masih dapat ditoleransi walaupun terasa kurang nyaman. Diluar rentang pH ini dapat terjadi iritasi sehingga mengakibatkan peningkatan lakrimasi (Codex, 161-165). Rentang pH yang masih dapat ditoleransi oleh mata menurut beberapa pustaka : 4,5 – 9,0( menurut AOC); 3,5 – 8,5( menurut FI IV)
Syarat dapar (Codex, 161-165) :
1. Dapat menstabilkan pH selama penyimpanan
2. Konsentrasinya tidak cukup tinggi karena konsentrasi yang tinggi dapat mengubah pH air mata.
USP mengizinkan penggunaan bahan pengkhelat viskositas untuk memperpanjang lama kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan aktivitasnya. Bahan-bahan seperti metilselulosa, polivinilalkohol dan hidroksi metil selulosa ditambahkan secara berkala untuk meningkatkan viskositas.
Para peneliti telah mempelajari efek peningkatan viskositas dalam waktu kontak dalam mata. umumnya viskositas meningkat 25-50 cps range yang signifikan meningkat lama kontak dalam mata.
Pemakaian surfaktan dalam obat tetes mata harus memenuhui berbagai aspek (Diktatkuliah teknologi steril, 304) :
1. Sebagaian timikroba (Surfaktan golongan kationik seperti benzalkonium klorida, setilpiridinium klorida, dll).
2. Menurunkan tegangan permukaan antara obat mata dan kornea sehingga meningkatkan akti terapeutik zat aktif.
3. Meningkatkan ketercampuran antara obat tetes mata dengan cairan lakrimal, meningkatkan kontak zat aktif dengan kornea dan konjungtiva sehingga meningkatkan penembusan dan penyerapan obat.
4. Tidak boleh meningkatkan pengeluaran air mata, tidak boleh iritan dan merusak kormea. Surfaktan golongan non ionik lebih dapat diterima dibandingkan dengan surfaktan golongan lainnya.
Penggunaan surfaktan dalam sediaan optalmik terbatas karena bisa melarutkan bagian lipofildari mata. Surfaktan non ionik, yang paling tidak toksik dibandingkan golongan lain, digunakan dalam konsentrasi yang rendah dalam suspensi steroid dan sebagai pembantu untuk membentuk larutan yang jernih.
Surfaktandapat juga digunakan sebagai kosolven untuk meningkatkan solubilitas (jarangdilakukan). Surfaktan non ionik dapat mengadsorpsi senyawa pengawet antimikrobadan menginaktifkannya. (RPS, 1590)
Menurut Codex, surfaktan non ionik yang sering dipakai adalah Polisorbat 80 (Tween 80). Sedangkan menurut Diktat kuliah teknologi steril dapat juga digunakan Tween 20, benzetonium klorida, miristil-gamma-picolinium klorida, polioxil 40-stearat, alkil-aril-polietil alkohol, dioktil sodium sulfosuksinat, dll.
Tetes mata berair umumnya dibuat dengan menggunakan cairan pembawa berair yang mengandung zat pengawet seperti fenil raksa (II)nitrat atau fenil raksa (II) asetat 0,002% b/v, benzalkonium klorida 0,01% b/v,klorheksidin asetat 0,01% b/v, yang pemilihannya didasarkan atas ketercampuran zat pengawet dengan obat yang terkandung didalamnya selama waktu tetes mata itu dimungkinkan untuk digunakan. Benzalkonium klorida tidak cocok untuk tetes matayang menganndung anastetik lokal.
Pembuatan obat tetes mata, jika tidak dinyatakan lain adalah sebagai berikut (FI III):
Obat tetes mata yang digunakan untuk pembedahan mata tidak boleh mengandung pengawet karena dapat menimbulkan iritasi pada jaringanmata. Menurut FI IV, pembuatan larutan mata (larutan oftalmik) memerlukan perhatian khusus seperti pada larutan hidung dan telinga, dalam hal:
Secara ideal larutan mata mempunyai nilai isotonisitas sama dengan larutan NaCl P 0,9%,tetapi mata tahan terhadap nilai isotonisitas yang setara dengan larutan NaCl P0,6-2,0%. Beberapa larutan obat mata perlu hipertonis untuk: a) meningkatkan daya serap; b) menyediakan kadar zat aktif yang cukup tinggi sehingga menghasilkan efek obat yang cepat dan efektif.
Faktor-faktor dibawah ini sangat penting dalam sediaan larutan mata :
dan kehadiran bahan antimikroba yang efektif untuk menghambat pertumbuhan dari banyak mikroorganisme selama penggunaan dari sediaan;
Tetes mata adalah larutan berair atau larutan berminyak yang idealnya harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
Memenuhi persyaratan uji sterilitas seperti yang tertera pada FI IV
Dengan alat khusus, tidak terlihat adanya partikel asing (prosedur ada di FI IV)
Volume isi netto setiap wadah harus sedikit berlebih dari volume yang ditetapkan. Kelebihan volume bisa dilihat di tabel.
Harus dapat dipastikan bahwa bahan aktif stabil pada proses pembuatan khususnya pada proses sterilisasi dan stabil pada waktu penyimpanan sampai waktu tertentu. Artinya sampai batas waktu tersebut kondisi obat masih dapat memenuhi persyaratan.
Sesuai dengan bahasan tentang pengaruh pH terhadap penetrasi bahan aktif dari sediaan OTM, maka koefisien partisi bahan aktif dalam sediaan merupakan hal yang sangat penting
Wadah untuk larutan mata sebaiknya digunakan dalam unit kecil, tidak pernah lebih besar dari 15 mL dan lebih disukai yang lebih kecil.Botol 7,5 mL adalah ukuran yang menyenangkan untuk penggunaan larutan mata.Penggunaan wadah kecil memperpendek waktu pengobatan akan dijaga oleh pasien dan meminimalkan jumlah pemaparan konteminasi. Botol plastik untuk larutan mata juga dapat digunakan. Sterilisasi larutan mata yang digunakan untuk mata yang luka sangan penting. Sterilisasi dapat dilakukan dengan menggunakan penyaring membran steril atau penyaring bakteri secara aseptis, atau jika pemanasan tidak memengaruhi stabilitas sediaan, maka sterilisasi obat dalam wadah akhir dengan cara autoklaf dapat dianjurkan.
Tetes mata disimpan dalam wadah “tamper-evident”. Kompatibilitas dari komponen plastik atau karet harus dicek sebelum digunakan.
Wadah untuk tetes mata dosis ganda dilengkapi dengan dropper yang bersatu dengan wadah atau dengan suatu tutup yang dibuat dan disterilisasi secara terpisah.
2. Kenapa volume wadah harus dilebihkan ? (Indria Apriska 16330140)
Volume isi tiap wadah harus sedikit berlebih agar volume yang digunakan nantinya sesuai/tepat, serta untuk menjamin jumlah cairan secara lengkap, dan antisipasi tertinggalnya cairan dalam wadah yang digunakan.
Kelebihan volume yang dianjurkan :
Volume pada Etiket | Volume tambahan encer (mL) | Volume tambahan Kental (mL) |
0,5 | 0,1 | 0,12 |
1,0 | 0,1 | 0,15 |
2,0 | 0,15 | 0,25 |
5,0 | 0,30 | 0,50 |
10,0 | 0,50 | 0,70 |
3. Apasaja efek samping obat tetes mata ? (Novriana Devi Sari 16330062)
4. Zat aktif apasaja yang terdapat pada obat tetes mata ? ( Widi tastari 16330050 )
Teknologi Sediaan Steril (K)
MONALIZA STEFIANI 16334004
ASIYAH 16334008
HUSNI RAMDAN 15334781
Sediaan parenteral yang diberikan secara penyuntikan intravena, subkutan, dan intramuscular merupakan rute pemberian obat yang kritis jika dibandingkan dengan pemberian obat-obatan secara oral. Semakin meningkatnya perkembangan ilmu bioteknologi telah meningkat pula jumlah yang diproduksi secara bioteknologi seperti obat peptide dan atau produk gen. pada abad mendatang (sekarang sudah mulai) beberapa obat peptide dan obat lainnya akan dihasilkan menurut prinsip bioteknologi. Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa kebagian dalam tubuh. Karena sediaan mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang paling efisien, yakni membran kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksik dan harus mempunyai tingkat kemurnian tinggi dan luar biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam penyediaan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi secara fisik, kimia atau mikrobiologi.
Obat parenteral volume besar umumnya diberikan lewat infus intarvena untuk menambah cairan tubuh,elektrolit atau untuk memberi nutrisi. Biasanya diberikan dalam volume 250 ml sampai beberapa liter dan dalam jumlah yang lebih banyak lagi per harinya,dengan penetesan yang lambat. Karena diberikan dalam volume besar,larutan ini tidak boleh mengandung zat bakteriostatik atau zat penambah farmasi lain.dikemas dalam wadah yang besar dosis tunggal.
1. Dikemas dalam botol gelas atau wadah fleksibel volume besar
2. Berisi lebih dari 100 ml sampai 1 atau 2 L
3. Steril
4. Bebas pirogen
5. Bebas partikulat
6. Tidak mengandung pengawet
7. Isotonis
LVPs digunakan dalam maintanance therapy untuk pasien yang masuk atau pulih dari operasi serta untuk pasien yang tidak sadarkan diri dan tidak dapat memperoleh cairan, elektrolit, dan nutrisi secara oral.
Ketika pasien menerima cairan parenteral beberapa hari, larutan sederhana menyediakan jumlah air yang cukup, dekstrosa, dan sejumlah kecil natrium dan kalium. Jika pemberian makan melalui mulut harus ditangguhkan selama beberapa minggu atau lebih, total parenteral nutrition (TPA) atau total nutrient admixtures (TNA) harus diberikan.
Konsentrasi kalsium, fosfor dan pemberian yang diperlukan untuk TPN pediatrik tidak memberikan persiapan yang stabil. Akibatnya, tidak mencampurkan campuran untuk pasien, tetapi membuat emulsi lemak secara terpisah
Ketika pasien mengalami kekurangan air dan elektrolit yang berat, seperti diare atau muntah yang parah, jumlah yang yang lebih besar dari biasanya. Pasien dengan penyakit Crohn, AIDS, luka bakar, atau trauma merupakan kandidat untuk terapi pengganti.
Kebutuhan air harian yang normal untuk orang dewasa adalah sekitar 25 – 40 ml / kgBB, atau rata-rata sekitar 2 L/m2 luas permukaan tubuh. Pedoman untuk memperkirakan kebutuhan air harian normal sebagai berikut:
Dalam replacement therapy air untuk orang dewasa, 70 ml/kg/hari mungkin diperlukan selain selain kebutuhan air maintanance therapy. Dengan demikian, pasien 50 kg mungkin memerlukan 3.500 ml untuk replacement therapy. Untuk menghindari kelebihan cairan, terutama pada pasien usia lanjut dengan gangguan ginjal atau kardiovaskular, pemantauan tekanan darah diperlukan. Karena air yang diberikan secara intravena dapat menyebabkan hemolisis osmotik sel darah merah dimana pasien juga memerlukan nutrisi dan/atau elektrolit, pemberian air umumnya sebagai larutan dengan dekstrosa atau elekrolit dengan tonisitas yang cukup (setara NaCl) untuk melindungi sel darah merah dari hemolyzing.
Kalium sangat penting untuk fungsi otot dan rangka normal. Asupan harian kalium biasanya 100 mEq dan kehilangann hariannya 40 mEq. Dengan demikian, setiap replacement therapy harus mencakup 40 mEq ditambah jumlah yang dibutuhkan untuk mengganti kehilangan.
Kalium dapat hilang melalui keringat berlebih, enema berulang, trauma (seperti luka bakar parah), diabetes, penyakit slauran usus, operasi bedah dan penggunaan obatobatan seperti thiazid dan loop diuretik.
Pada kekurangan kalium yang berat, penggantian elektrolit secara IV biasanya digunakan. Apoteker yang menerima resep harus berhati-hati dan memeriksa jumlah kalium klorida dalam resep dan tingkat infus. Persiapan kalium harus diencerkan dengan larutan parenteral volume besar yang sesuai, dicampur dengan baik, dan diberikan dengan infus IV lambat. Jika kalium tidak diencerkan diberikan secara IV menyebabkan kematian.
Umumnya, pasien membutuhkan cairan parenteral yang diberikan dekstrosa 5% untuk mengurangi defisit kalori yang biasanya terjadi pada pasien yang menjalani perawatan atau terapi pengganti. Penggunaan dekstrosa juma meminimalkan ketosis dan pemecahan protein. Persyaratan kalori dasar dapat diperkirakan dengan berat badan; dalam keadaan puasa, rata-rata kehilangan protein harian tubuh sekitar 80 g perhari untuk pria 70 kg.
LVP diberikan secara Peripheral Vein jika larutan low osmolality atau hipotonis. LVP juga dapat diberikan secara Central Vein –Subclavian Vein jika merupakan nutrisi parenteral dan pemberian cairan hipertonik atau cairan yang mengiritasi yang perlu pengenceran segera dalam sistem sirkulasi. Hiper atau hipotonis dapat menyebabkan iritasi vena = phlebitis
Pemberian LVPs
3) Beberapa obat yang disiapkan dalam LVP siap digunakan:
a. Propofol
b. Ciprofloxacin
c. Lidokain HCl
Wadah gelas sudah digunakan untuk LVPs. Solid rubber stoppers biasa digunakan untuk sistem penutup wadah. Karena berat dan rentan pecah, wadah gelas diganti dengan wadah plastik. Gelas biasanya digunakan hanya jika inkompatibel dengan plastik (contohnya emulsi lemak dapat mengekstrak plasticizers). Wadah gelas dicuci kemudian wadah gelas bersih diletakan pada suhu minimum 70oC untuk menekan pertumbuhan mikroba. Menghilangkan pirogen dari wadah dengan meletakan pada suhu 210 oC selama 3-4 jam atau 650 oC untuk 60 detik.
Terbuat dari bahan plastik yang fleksibel. Keuntungannya adalah tahan lama dan ringan sehingga kantongnya kempes jika kosong. Kekurangannya berupa permeasi uap dan molekul lain di kedua arah melalui dinding, diatasi dengan overwrapping kontainer, dan pencucian konstituen dari plastik ke dalam produk.
Wadah LVPs Sterilitas dan pirogenitas
Sediaan LVP harus steril dan bebas pirogen. Sterilitas LVP didapatkan dengan sterilisasi akhir LVP dengan metode bergantung dengan sediaan, bisa menggunakan sterilisasi panas ataupun sterilisasi dingin.
Zat partikulat dalam injeksi dan infus parenteral terdiri dari partikel bergerak tak larut, selain dari gelembung gas, yang tidak sengaja terdapat dalam larutan. Pada LVP (Volume > 100 ml) untuk infus dosis tunggal memenuhi syarat uji jika mengandung tidak lebih dari 50 partikel per ml yang setara atau lebih besar dari 10 μm dan tidak lebih dari 5 partikel per ml yang setara atau lebih besar dari 25 μm dalam dimensi linear efektif.
Larutan irigasi adalah larutan steril, bebas pirogen yang digunakan untuk tujuan pencucian dan pembilasan. Larutan irigasi adalah sediaan larutan steril dalam jumlah besar. Larutan tidak disuntikkan ke dalam vena, tapi digunakan di luar sistem peredaran darah dan umumnya menggunakan jenis tutup yang diputar atau plastik yang dipatahkan, sehingga memungkinkan pengisian larutan dengan cepat. Larutan ini digunakan untuk merendam atau mencuci luka2. Sayatan bedah atau jaringan tubuh dan dapat pula mengurangi pendarahan.
Larutan irigasi dimaksudkan untuk mencuci dan merendam luka atau lubang operasi, sterilisasi pada sediaan ini sangat penting karena cairan tersebut langsung berhubungan dengan cairan dan jaringan tubuh yang merupakan tempat infeksi dapat terjadi dengan mudah.( Ansel hal 399 )
Sodium Klorida ( NaCl ) secara umum digunakan untuk irigasi ( seperti irigasi pada rongga tubuh, jaringan atau luka ). Larutan irigasi NaCl hipotonis 0,45% dapat digunakan sendiri atau tanpa penambahan bahan tambahan lain. Larutan irigasi NaCl 0,9% dapat digunakan untuk mengatasi iritasi pada luka. ( DI 2003 hal 2555 ).
Larutan irigasi glisin digunakan selama operasi kelenjar prostat dan prosedur transuretral lainnya. Larutan yg digunakan untuk luka dan kateter uretra yg mengenai jaringan tubuh hrs disterilkan dgn cara aseptis.
Larutan irigasi merupakan larutan steril yang disyaratkan bebas pirogen. Pirogen merupakan suatu produk mikroorganisme, terutama dari bakteri gram negatif dan dapat berupa endotoksin dari bakteri ini. Endotoksin ini terdiri dari suatu senyawa komplek yang terdiri dari lipopolsakarida yang progenik, suatu protein dan suatu lipid yang inert.(www.ffarmasi.unand.ac.id/fulltext/pyrogen.pdf)
Larutan irigasi termasuk kedalam larutan elektrolit. Adapun fungsi dari larutan elektrolit adalah untuk mengatasi perbedaan ion atau penyimpangan jumlah normal elektrolit dalam darah. Ada 2 jenis kondisi plasma darah yang menyimpang, yaitu :
Persyaratan larutan irigasi adalah sbb :
NaCl 4,5 gram
Aqua pro injeksi 500 ml
Karbon aktif 0,5 gram
Dekstrose
Indikasi masing-masing bahan:
1. Dekstrosa : Dekstrosa digunakan sebagai pengisotonis karena syarat irigasi yaitu larutan harus isotonis. Dekstrosa dikhususkan untuk sediaan parenteral sedangkan glukosa cair tidak cocok untuk sediaan parenteral. Dosis Dekstrosa untuk sediaan parenteral adalah 5%
2. NaCl : digunakan sebagai larutan pengisotonis agar sediaan irigasi setara dengan 0,9% larutan NaCl, dimana larutan tersebut mempunyai tekanan osmosis yang sama dengan cairan tubuh. NaCl merupakan zat aktif yang digunakan untuk mengatasi iritasi luka
3. Aqua pro injeksi : digunakan sebagai pelarut zat aktif dan zat tambahan, karena NaCl dan dekstrosa larut dalam air.
Rumus molekul : NaCl
Bobot molekul : 58,44
Pemerian : Kristal tidak berbau tidak berwarna atau serbuk kristal putih, tiap 1g setara dengan 17,1 mmol NaCl. 2,54g NaCl ekivalen dengan 1 g Na
Kelarutan : 1 bagian larut dalam 3 bagian air, 10 bagian gliserol
Sterilisasi : Autoklaf atau filtrasi
Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan. Larutan stabil dapat menyebabkan pengguratan partikel dari tipe gelas
pH : 4,5 –7(DI 2003 hal 1415) 6,7-7,3
OTT : logam Ag, Hg, Fe
E NaCl : 1
Kesetaraan E elektrolit : 1 g ≈ 17,1 mEq
Konsentrasi/dosis : lebih dari 0,9%. Injeksi IV 3-5% dalam 100ml selama 1 jam (DI 2003 hal 1415). Injeksi NaCl mengandung 2,5-4 mEq/ml. Na+ dalam plasma = 135-145 mEq/L
Khasiat/kegunaan : Pengganti ion Na+, Cl- dalam tubuh
Efek samping : Keracunan NaCl disebabkan oleh induksi yang gagal dapat menyebabkan hipernatremia yang memicu terjadinya trombosit dan hemorrage. Efek samping yang sering terjadi nausea, mual, diare, kram usus, haus, menurunkan salivasi dan lakrimasi, berkeringat, demam, hipertensi, takikardi, gagal ginjal, sakit kepala, lemas, kejang, koma dan kematian.
Kontraindikasi : Untuk pasien penyakit hati perifer udem atau pulmonali udem, kelainan fungsi ginjal.
Farmakologi : berfungsi untuk mengatur distribusi air, cairan dan keseimbangan elektrolit dan tekanan osmotik cairan tubuh. Larutan irigasi kali ini NaCl 0.9 % digunakan sebagai zat aktif untuk mengatasi iritasi pada luka.
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau
Sterilisasi : Kalor basah (autoklaf)
Kegunaan : Pembawa dan melarutkan
Cara pembuatan : didihkan aqua dan diamkan selama 30 menit, dinginkan. Aqua pro injeksi digunakan sebagai pelarut dan pembawa karena bahan-bahan larut dalam air.
Alasan pemilihan : Karena digunakan untuk melarutkan zat aktif dan zat-zat tambahan.
Karbon aktif (FI IV Hal 1169, Martindale hal 79)
Pemerian : serbuk hitam tidak berbau
Kelarutan : praktis tidak larut dalam suasana pelarut biasa
Kestabilan : stabil ditempat yang tertutup dan kedap udara
Kegunaan : untuk kelebihan H2O2 dalam sediaan
Konsentrasi : 0,1-0,3%
Alasan pemilihan : Karbon aktif inert sehingga tidak bereaksi dengan zat aktif.
Bobot molekul : D glukosa monohidrat 198,17
Rumus molekul : C6H12O16.H2O
Pemerian : Hablur tidak berwarna serbuk hablur atau serbuk granul putih, tidak berbau rasa manis.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, larut dalam etanol mendidih, sedikit larut dalam alkohol
E NaCl : 0,16 ( Sprowls hal: 187)
L : 1,9
Konsentrasi : 2,5-11,5% untuk IV (DI 2003 hal 2505). 0,5-0,8 g/kg/jam (DI hal 1427-1429). Untuk hipoglikemia 20-50 ml (konsentrasi 50%)
Khasiat : Sebagai sumber kalori dan zat pengisotonis
Osmolaritas : 5,51% w/v larutan air sudah isotonis dengan serum
Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan, dekstrosa stabil dalam keadaan penyimpanan yang kering, dengan pemanasan tinggi dapat menyebabkan reduksi pH dan karamelisasi dalam larutan
OTT : Sianokobalamin, kanamisin SO4, novobiosin Na dan wafarin Na,Eritromisin, Vit B komplek ( martindale 28 hal: 21)
Sterilisasi : autoklaf
PH : 3,5 – 6,5 (dalam 20%w/v larutan air)
Efek samping : Larutan glukosa hipertonik dapat menyebabkan sakit pada tempat pemberian (lokal), tromboklebitise, larutan glukose untuk infus dapat menyebabkan gangguan cairan dan elektrolit termasuk edema, hipokalemia, hipopostemia, hipomagnesia.
Kontraindikasi : Pada pasien anuria, intrakranial atau intraspiral hemorage
Titik lebur : 83oC
Menggunakan metode sterilisasi akhir dengan autoklaf karena bahan-bahan yang digunakan tahan panas. Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat & bahan yang menggunakan tekanan 15 psi (2 atm) dan suhu 1210C. Untuk cara kerja penggunaan autoklaf : suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk mensterilkan media digunakan suhu 1210C dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 1210C atau 249,8 0F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut (sea level) air mendidih pada suhu 1000C, sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan di ketinggian sama, menggunakan tekanan 15 psi maka air akan mendidih pada suhu 1210C, jika dilaboratorium terletak pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan perlu disetting ulang. Misalnya autoklaf diletakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl, maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 1210C untuk mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu 1210C dan tekanan 15 psi selama 15 menit.
Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai., maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 psi. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan mencapai 0 psi.
Semua masing-masing bahan pada formula di atas ditambah dengan 2% dari berat formula semula masing-masing, yaitu :
NaCl 0,9% è 0,9 gram dalam 100 ml
dalam 500 ml = 0,9 x 5 = 4,5 gram è 4,5 gram + (2% x 4,5 gram) = 4,59 gram
Karbon aktif 0,1% è 0,1 gram dalam 100 ml
dalam 500 ml = 0,1 x 5 = 0,5 gram è 0,5 gram + (2% x 0,5 gram) = 0,51 gram
Aqua pro injeksi 500 ml + (2% x 500 ml) = 510 ml
Merupakan suatu sediaan larutan steril dalam jumlah besar (2 liter). Larutan tidak disuntikkan ke vena tapi dibiarkan mengalir ke dalam ruangan peritoneal dan umumya menggunakan tutup plastik yang dipatahkan sehingga memungkinkan larutan dengan cepat turun ke bawah. Penggunaan untuk menghilangkan senyawa toksik yg secara normal diekskresikan oleh ginjal (misal digunakan pada keracunan ginjal, atau gagal ginjal). Larutan diabsorbsi dalam membran peritoneal mengikuti peredaran darah. Selanjutnya, di dalam ujung sel peritoneal terjadi penarikan zat toksin dari darah ke dalam cairan dialisis yang bekerja sebagai membran semipermeable. Larutan yg tersedia di perdagangan mengandung dekstrosa, vitamin, mineral, elektrolit dan asam amino(peptida). Larutan dibuat hipertonik dengan tujuan untuk mencegah absorbsi air dari larutan dialisis ke dalam sirkulasi
larutan Dianeal 1,5% dan 2,5%, 2 liter pH 5,2
NaCl 538 mg 538 mg
Na Laktat 448 mg 448 mg
CaCl2 25,7 mg 25,7 mg
MgCl2 5,08 mg 5,08 mg
Dektrosa 1,5 g 2,5 g
Aqua pi 100 ml 100 ml
Osmolarity 346 396
1. Kejernihan larutan
Kejernihan larutan dapat dilihat dengan kertas hitam dan kertas putih, botol dilewatkan pada kertas hitam atau putih. Jika partikel lebih gelap, maka menggunakan kertas putih agar partikel dapat terlihat. Jika partikel lebih terang, maka menggunakan kertas hitam. Setelah botol dilewatkan pada kertas hitam dan putih, tidak terlihat adanya partikel. Maka larutan irigasi dinyatakan larutan irigasi yang jernih.
2. Volume terpindahkan
Larutan irigasi steril dibuat dengan volum 500ml, tetapi untuk mencegah berkurangnya volume larutan, maka dilebihkan 2 % dari volume larutan, sehingga volume larutan steril yang dibuat adalah 510ml. Setelah disaring dengan dua kali penyaringan didapatkan volum sebesar 500ml sesuai dengan volume yang diinginkan pada pembuatan larutan irigasi
3. Penetapan pH
Uji pH ini bertujuan untuk mengetahui sifat ke asam-basaan dari sediaan irigasi yang dibuat. Uji pH ini berkaitan dengan stabilitas obat dan keamanan dalam penggunaan. Setelah dilakukan pengecekan pH dengan menggunakan indikator pH universal, pH larutan yang didapat yaitu 7. Ini berarti memenuhi untuk pH sediaan parenteral yaitu antara 5 sampai 7 karena pH tersebut isohidris dengan nilai pH darah dan cairan tubuh lainnya. Isohidris yaitu keadaan dimana pH larutan sama dengan pH darah ataupun cairan tubuh. Namun jika dalam uji ini belum memenuhi persyaratan pH maka perlu dilakukan penyesuaian pH agar memenuhi syarat. Jika terlalu asam, maka bisa ditambah larutan NaOH 0,1 N. Dan jika terlalu basa dapat ditambah larutan HCl 0,1 N. Tujuan dari pengaturan pH ini adalah untuk meningkatkan stabilitas obat. Selain itu juga untuk mencegah adanya rangsangan atau rasa sakit sewaktu disuntikkan. Karena jika terlalu tinggi dapat menyebabkan nekrosis jaringan sedangkan jika terlalu rendah maka menyebabkan rasa sakit sewaktu disuntikkan (Anonim, 1995).
Digunakan untuk merendam luka/mencuci luka,
Digunakan untuk merendam luka/mencuci luka, sayatan bedah atau jaringan/organ tubuh
Contoh larutan irigasi : Sodium chlorida untuk irigasi, Ringers untuk irigasi , Steril water untuk irigasi
Contoh lar.dialisis peritoneal : larutan Dianeal 1,5% dan 2,5%, 2 liter pH 5,2
Label/etiket : “bukan untuk obat suntik”
KESIMPULAN
1. Isotonik
2. Steril
3. Tidak disbsorpsi
4. bukan larutan elektrolit
5. Tidak mengalami metabolisme
6. Cepat diekskresi
7. Mempunyai tekanan osmotik diuretik
8. bebas pirogen
1. Kejernihan larutan
2. Volume terpindahkan
3. Penetapan pH
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Formulasi Steril. http://formulasisteril.blogspot.com. Diakses tanggal 12 Desember 2018
Anonim. 2009. http://ffarmasi.unand.ac.id/fulltext/pyrogen.pdf. diakses tanggal 12 Desember 2018
Ansel, Howard C.2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI Press.
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Depkes RI
Lachman, Leon, Herbert A. Lieberman dan Joseph L. Kanig. 1988. Teori dan Praktek Farmasi Industri Jilid III. Jakarta : UI Press
http://www.allegromedical.com. Diakses tanggal 12 Desember 2018
http://www.nutrimedical.com/. Diakses tanggal 12 Desember 2018
Disusun oleh :
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan secara parenteral, suntikan dengan cara menembus, atau merobek jaringan kedalam atau melalui kulit atau selaput lendir.
Menurut definisi dalam Farmakope, sediaan yang digunakan untuk kegunaan parenteral digolongkan menjadi 5 jenis yang berbeda yaitu :
Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan secara intravena atau kedalam saluran spinal (intratekal). Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai (Anonim, 1995).
Suspensi injeksi dapat berupa sediaan dalam air atau minyak. Suatu injeksi dapat dikatakan sebagai suspensi injeksi jika zat aktif tidak larut dalam pembawa dan menggunakannya sebagai sediaan depo. Kadar partikel padat dalam suspensi injeksi pada umumnya <5%, sedangkan diameter partikelnya berkisar 5-10 µm. Proses pembuatan dan sterilisasi suspensi injeksi lebih sulit dibandingkan dengan larutan injeksi, yaitu masing – masing komponen harus disterilkan terpisah dan dibuat secara aseptis. Sterilisasi akhir tidak boleh menggunakan penyaring bakteri. Pensterilan bahan padat untuk suspensi injeksi steril dengan menggunakan sterilisasi gas.
Keuntungan dari penggunaan suspensi injeksi antara lain :
Kekurangan dari sediaan suspensi injeksi antara lain :
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa sediaan suspensi injeksi terbagi atas 2 jenis, yaitu suspensi injeksi dengan pembawa air dan suspensi injeksi dengan pembawa minyak.
Suspensi injeksi dalam air mengandung bahan tambahan yang mengurangi sedimentasi, mengandung pula bahan isotonic, dapar, pengawet dan lain-lain. suspensi injeksi tipe ini biasanya untuk zat aktif yang bersifat polar. Misalnya Suspensi Injeksi Kortison Asetat yang mengandung Kortison Asetat 25mg, Tween 80 (Surfaktan) 4mg, CMC Na. (Koloid Pelindung) 5mg, NaCl (pengisotonis) 9mg, Benzil Alkohol (Antibakteri) 9mg, dan Aqua pro Injectio ad (1ml).
Faktor yang mempengaruhi pembuatan suspensi injeksi dalam air adalah :
Pembuatan sediaan suspensi injeksi dalam air (Nash, 1972) memiliki tahapan sebagai berikut :
Dalam pembuatan suspense injeksi dalam minyak (seperti Oleum Arachidis, Oleum Olivarum, Oleum Sesami, Etil oleat), kita perlu memperhatikan sifat fisik dan stabilitas suspensi injeksi. contoh :
Injeksi Prokain Penisilin
Resep Prokain Penisilin 300.000 Satuan Internasional/ml
Prokain Penisilin 300.000 S.I/ml
Aluminium Monostearat 2.0
Minyak Zaitun Netral Steril ad 100 ml
Cara pembuatannya :
Suspensi prokain penisilin yang telah dihaluskan sedikit demi sedikit dalam larutan campuran Aluminium Monostearat dan Minyak Zaitun secara aseptis (1mg Prokain Penisilin murni setara dengan 1009 Satuan Internasional).
Dalam pembuatan suspensi injeksi dalam minyak, kita perlu memperhatikan :
Faktor yang mempengaruhi pelepasan obat dari sediaan suspensi parenteral antara lain :
Data preformulasi dibutuhkan untuk pengembangan formulasi yang meliputi :
Floculating/suspending agent meliputi 3 hal antara lain :
Pembasah (Wetting agent) berfungsi mengurangi sudut kontak permukaan partikel dengan cairan pembasah. Berguna apabila serbuk hidrofobik tersuspensi dalam keadaan yang polar, contohnya :
Pelarut (Solvent) untuk suspensi injeksi dapat digunakan pelarut yang polar maupun yang nonpolar. Water for suspension cocok pada sistem pelarut yang polar. Pelarut yang nonpolar dapat berupa :
Bahan pengawet yang dapat digunakan dalam suspensi injeksi antara lain :
Antioksidan yang digunakan dalam suspensi parenteral terbagi atas dua jenis :
Contoh pengkhelat (Chelating agent) yang biasanya digunakan dalam formulasi sediaan suspensi injeksi adalah EDTA (Etilendiamintetraasetat).
Contoh pendapar (Buffering agent) yang biasanya digunakan dalam formulasi sediaan suspensi injeksi adalah Asam Sitrat dan Sodium Sitrat.
Contoh pengisotonis (Toniciting agent) yang biasanya digunakan dalam formulasi sediaan suspensi injeksi adalah Dekstrosa, Sodium Klorida.
Dua metode dasar yang digunakan untuk menyiapkan suspensi parenteral adalah :
Persyaratan pada suspensi injeksi hampir sama dengan persyaratan suspensi pada umumnya, yaitu :
Evaluasi sediaan suspensi injeksi meliputi 2 hal, antara lain :
2. Secara biologis meliputi :
Injeksi suspensi umumnya menggunakan syringe dengan volume Kecil (Small Volume Parenteral) seperti ampul, vial kaca dengan segel karet, ampul plastik (sistem Tumbuk – Isi – Segel), jarum suntik pra-isi, dan jarum injeksi bebas.
Lieberman H.A.,, Leon L. The Theory and Practice of Industrial Pharmacy. Third edition, Varghese puglising house, Bombay, pp- 639-680.
Francoise N., Gilberte M. Pharmaceutical emulsion and suspension. Marcel Dekker, inc, New York, pp- 229-270.
Remington, The Science and Practice of Pharmacy 21th edition, Volume I, Lippincott Williams & Wilkinss, pp- 802-836.
L.C. Collins-Gold, R.T. Lyons and L.C. Bartholow Parenteral emulsions for drug delivery Advanced Drug Delivery Reviews, 5 189-208, 1990.
Rajesh M. Patel; Parenteral suspension: An overview, International Journal of Current Pharmaceutical Research Vol 2, Issue 3, 2010.
Tungadi, Robert. 2017. Teknologi Sediaan Steril. Jakarta : Sagung Seto.
Tungadi, Robert. 2014. Teknologi Sediaan Liquida dan Semisolid. Jakarta : Segung Seto.
Stefanus, Lukas. 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta. C.V ANDI OFFSET.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1979 . Farmakope Indonesia Edisi III . Jakarta : Dekpes RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1995 . Farmakope Indonesia Edisi IV . Jakarta : Dekpes RI.
Ansel, H. C., 2008, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, ed IV, Alih bahasa Ibrahim, F. Jakarta : UI Press.
Jawab :
Berikut dijelaskan secara terpisah perbedaan kedua metode pembuatan untuk memudahkan pembacaan :
Bahan aktif yang biasanya digunakan dalam bentuk injeksi suspensi injeksi adalah Procain Penicillin G Flacon 10 ml dan Cortison Asetat 100 ml.
PENCAMPURAN INTRAVENA
#ISTN_STERIL_K
LANNORA SIREGAR 18334759
RENAY HOTTARULI SIAHAAN 18334760
NI MADE FENY SURYA ASTINI 18334764
PUTU DIAH KIRANA MARTARINA 18334771
BAB I
PENDAHULUAN
Obat didefinisikan sebagai suatu substansi atau bahan yang di gunakan untuk mendiagnosa, menyembuhkan, mengatasi, membebaskan atau mencegah penyakit. Obat telah di gunakan manusia sejak peradapan kuno. Misalnya orang – orang Mesir pada zaman dahulu telah menggunakan magnesium, soda, garam besi dan sulfur sebagai bahan obat.
Jalur vena dipakai khususnya untuk tujuan agar obat yang diberikan dapat bereaksi dengan cepat misalnya pada situasi gawat darurat, obat dimasukkan ke vena sehinnga obat langsung masuk sistem sirkulasi menyebabkan obat dapat beraksi lebih cepat di banding dengan cara enternal atau parental yang lain yang memerlukan waktu absorbsi.
Pemberian obat intervena dilakukan dengan berbagai cara. Pada pasien yang tidak dipasang infus, obat di injeksikan langsung pada vena. Biasanya di cari vena besar yaitu vena basilika atau vena sefalika pada lengan. Pada pasien yang di pasang infus, obat dapat di berikan melalui botol infus atau melalui karet pada selang infus yang dibuat untuk memasukkan obat.
Untuk memasukkan obat melalui vena, kita harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan. Jangan lakukan penusukan sebelum yakin mendapatkan vena yang mudah di tusuk. Pengulangan tusukan dapat menyebabkan rasa sakit pada pasien.
1. Untuk mengetahui pengertian sediaan IV
2. Untuk mengetahui penggolongan sediaan IV
3. Untuk mengetahui formulasi sediaan IV ?
4. Untuk mengetahui cara pembuatan sediaan IV ?
5. Untuk persyaratan dalam pembuatan sediaan IV ?
6. Untuk mengetahui evaluasi sediaan IV ?
7. Untuk mengetahui cara pemilihan wadah dan kompatibilitas wadah terhadap sediaan IV ?
8. Untuk mengetahui lokasi pemberian obat melalui IV ?
9. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugaian dari sediaan IV?
10. Untuk mengetahui hal- hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat melalui IV?
2.1 Pengertian Sediaan Intravena
Pemberian obat-obatan melalui rate intravena dapat diberikan secara tersendiri (dalam bentuk obat tunggal) maupun bentuk iv admixture. IV admixture adalah suatu larutan steril yang dimaksudkan untuk penggunaan parenteral (diberikan melalui intervana) yang dibuat dengan cara mencampurkan satu atau lebih produk parenteral ke dalam satu wadah. Pada saat ini program IV admixture makin banyak digunakan. Latar belakang mengapa iv admixture menjadi tanggung jawab farmasis,dan tenaga kesehatan lain yang ada di rumah sakit adalah pertimbangan :
Beberapa keuntungan yang didapat melalui pemberian obat dengan cara iv admixture, adalah
Problem-problem yang dapat timbul sebagai akibat pencampuran yang dilakukan secara sembarangan terkait dengan sterilitas sediaan serta inkompatibilitas.
Ditandai dengan adanya kekeruhan, cloudness, endapan atau perubahan warna Jikompatibilitas invitro terbagi atas :
Beberapa kemungkinan interaksi invitro dapat terjadi akibat dari :
Adanya interaksi-interaksi ini dikhawatirkan dapat merubah sifat fisika dan kimia obat tersebut, sehingga akan dapat berakibat:
2. Inkompatibilitas farmakologi
Inkompatibilitas farmakologi dapat terjadi akibat interaksi obat-obat, interaksi obat dengan penyakit yang di derita pasien. Adanya interaksi farmakologi dapat mengakibatkan efek obat meningkat sehingga terjadi toksisitas, atau menurunkan efek obat sehingga pengobatan menjadi subterapetik.
Pencampuran bahan obat ke dalam larutan infus yang tidak menggunakan cara-cara aseptik dapat mengakibatkan masuknya mikroorganisme kedalam sediaan.
Partikel dapat berasal dari tutup karet vial, pecahan kaca pada saat mematahkan ampul, rambut, atau kain petugas .
Stabilitas produk iv admixture berkaitan dengan waktu kadaluwarsa obat-obatan yang telah mengalami pencampuran.
2.2 Penggolongan Sediaan Intravena
2.3 Formulasi Sediaan Intravena
Injeksi Tramadol, mengandung
Tramadol 50mg/ml
Sodium asetat qs
Aqua p.i ad 1 ml
Komposisi tiap 1 ml Ampul mengandung
Tramadol HCl 50 mg/ml
Aqua p.i. ad 1 mL
Zat Aktif | Sifat Fisika Kimia dan Stabilitas | Cara Sterilisasi | Khasiat dan Dosis | Cara Penggunaan |
Tramadol HCL (Martindale edisi 28 hal 1029; Martindale edisi 36 hal 130, Handbook of Injectable Drug hal 1368) | Pemerian: Kristal putih, tidak berbau, serbuk kristal dengan rasa pahit Kelarutan: Mudah larut dalam air Stabilitas: Cahaya tidak mempengaruhi stabilitas, disimpan dibawah suhu 300C Ph: 5,5 : 1% larutan dalam air Ph 5,4 OTT: Diazepam, diklofenak sodium, indomethacin, midazolam, piroxicam, fenilbutazon dan lisin aspirin. | Otoklaf (Handbook of Injectable Drug hal 1368) | Menghilangkan rasa sakit sedang sampai berat (opioid analgesic) Dosis: 50-100 mg i.v | Injeksi ampul secara i.v dan i.m |
Pelarut | Nama Zat | Sifat Fisika Kimia | Cara Sterilisasi | Alasan Pemilihan |
Pelarut | Aqua Pro Injeksi (FI III Hal 97) | Pemerian: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau Kegunaan: Pelarut Wadah: Dosis tunggal, dari kaca/plastic, tidak lebih dari 1 liter | Autoklaf atau pemanasan air dengan suhu 1000C | Tramadol mudah larut dalam air |
2.4 Pembuatan Sediaan Intravena
Cara Kerja
No | Alat dan Bahan | Cara Sterilisasi | Literatur |
1 | Aqua p.i | Didihkan 30 menit | FI III hal 14 |
2 | Ampul | Oven 1500C | FI III hal 18 |
3 | Sterilisasi sediaan ampul | Aseptic | Martindale edisi 28 |
Prinsip
Proses pembuatan dilakukan di ruangan aseptis (ruangan yang telah dipaparkan sinar UV selama 30 menit dan disemprotkan dengan alkohol)
Cara pembuatan :
2.5 Persyaratan dalam Pembuatan Sediaan Intravena
Aspek yang perlu diperhatikan meliputi area, personal maupun peralatan yang memenuhi persyaratan .
Clean room adalah ruangan yang terkontrol terhadap partikel (ukuran, jumlah) dan komtaminasi mikroba. Jenis-jenis clean room :
Secara umum ruang produksi diklasifikasikan menjadi beberapa jenis yaitu:
a. Class 100 (Grade A)
b. Class 10.000 (Grade C)
c. Class 100.000 (Grade C)
d. Uncontrolled area
Secara keseluruhan sistem untuk suplai udara bersih menyangkut :
Sedangkan untuk mendapatkan ruangan yang sesuai dengan standar diperlukan pengaturan terhadap :
Kondisi aseptik adalah suatu keadaan yang dirancang untuk menghindari adanya kontaminasi oleh mikroorganisma, pirogen maupun partikel baik pada alat, kemasan, : maupun bentuk sediaan selama proses pencampuran. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan suatu kondisi aseptik :
a. Area yang digunakan
Pencampuran produk sediaan farmasi steril dilakukan di ruangan type Class 100 . Di rumah sakit, untuk mendapatkan type class 100 biasanya digunakan alat Laminar Air.
b. Personal
Kontaminasi udara seringkali bersumber dari petugas yang bekerja di daerah aseptis Tiaupun di daerah steril . Untuk meminimalkan kontaminasi, petugas yang akan bekerja pada area tersebut harus mengenakan baju steril khusus yang bebas dan partikel dan bebas serat. Baju petugas dilengkapi dengan penutup rambut, masker, sepatu dan sarung tangan (gloves’) steril dengan rujuan menurunkan kontaminasi partikel dan bakteri selama bekerja di ruang aseptik. Sedangkan petugas harus menghindari perilaku yang tidak baik selama bekerja di ruang aseptis maupun diruang aseptis seperti :
c. Peralatan
Peralatan maupun bahan pengemas yang digunakan dalam pencampuran produk parenteral terlebih dahulu harus dilakukan sterilisasi. Bahan pengemas yang biasa digunakan adalah untuk mengemas hasil pencampuran produk parenteral diantaranya adalah :
Peralatan yang diperlukan dalam pencampuran produk parenteral yaitu Syringe, Jarum, Vial, Ampul. Selain syarat steril, peralatan juga harus digunakan dengan tepat untuk menjaga sterilitasnya. Untuk mendapatkan klas 100 yang digunakan pada pencampuran sediaan steril, diperlukan alat Laminar air flow. Prinsip dasar kerja alat ini adalah adanya suatu aliran udara “aseptic” yang berhembus secara linier dengan kecepatan konstan (90 kaki permenit) menuju daerah kerja pada ruangan di dalam alat laminar airflow (work area). Udara aseptik diperoleh melalui penyaringan udara sebanyak dua kali dengan menggunakan prefilter dan HEPA filter. Prefilter sebagai saringan pertama akan menghilangkan kontaminan kasar, sedangkan HEPA filter sebagai penyaring kedua mampu menghilangkan 99,9% partikel sehingga menghilangkan mikroorganisma yang terdapat di udara. Terdapat dua type aliran dari alat laminar airflow, yaitu :
Beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan apabila bekerja dengan alat LAF :
Semua pekerjaan aseptik harus dilakukan pada jarak minimal 6 inci dari tepi-tepi dindingnya untuk mencegah adanya kontaminasi
Evaluasi terhadap alat laminar airflow dilakukan secara periodik oleh personal yang terlatih setiap 6 bulan sekali, atau jika pada alat laminar air flow dilakukan pemindahan tempat atau jika terdapat kerusakan filter. Evaluasi terhadap alat laminar air flow dilakukan dengan :
1. Uji pH Cek pH larutan dengan menggunakan pH universal, dengan syarat pH sediaan harus sama dengan pH stabil zat aktif.
2. Uji kejernihan. Produk dalam wadah diperiksa di bawah penerangan cahaya yang baik, terhalang terhadap refleksi ke mata, berlatar belakang hitam dan putih dengan rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi memutar. Syarat semua wadah diperiksa secara visual dan tiap partikel yang terlihat dibuang dari infus volume besar, batas 50 partikel 10 µm dan lebih besar, serta 5 partikel 25 µm/ml.
3. Penetapan kadar : Titrasi argentomentri.
4. Uji sterilitas
Uji sterilitas dilakukan dengan cara inokulasi langsung pada media:
Cara: Pengambilan ampul yang digunakan untuk uji sterilitas dengan cara sampling pada beberapa ampul yang diambil tiap beberapa waktu. Atau menggunakan rumus sampling dalam 1 batch dengan √ 1000 + 1= 32,6 ̴ 33 dimana sampling ampil no 33,66,99 dan seterusnya yg diuji. Atau sampling random pada ampul yang yang telah dibuat dengan mengambil 10 ampul dari tiap bagian depan, tengah dan belakang pada baisan ampul yang telah jadi.
Penafsiran hasil uji :
5. Uji kebocoran. Letakkan ampul didalam beaker glass dengan terbalik pada otoklaf, indikasinya adanya kebocoran adalah volume apul setelah diuji. Jika volume berkurang maka terjadi kebocoran.
6.Uji keseragaman volume
Menurut keputusan kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.05.4.1745, wadah adalah kemasan yang bersentuhan langsung dengan isi. Menurut SK Menkes No.193/Kab/B/VII/71 peraturan tentang pembungkus dan penandaan wadah, wadah adalah salah satu komponen yang penting untuk sediaan farmasi, karena ketidaksesuaian wadah akan mempengaruhi obat secara keseluruhan termasuk kestabilan dan efek terapi obat. Menurut USP, wadah adalah alat untuk menampung suatu obat, atau mungkin dalam hubungan langsung dengan obat tersebut.
Pengemas diartikan sebagai wadah, tutup, dan selubung sebelah luar, artinya keseluruhan bahan kemas, dengannya obat ditransportasikan dan/atau disimpan. Kemasanadalah penyatuan dari bahan yang dikemas (bahan yang diisikan) dan pengemas. Bahan kemas yang kontak langsung dengan bahan yang dikemas, dinyatakan sebagai bahan kemas primer, sebaliknya pembungkus selanjutnya seperti kotak terlipat, karton dan sebagainya dinamakan bahan kemas sekunder.
Pembagian wadah untuk injeksi dibagi menjadi dua macam yaitu:
1. Wadah dosis tunggal, adalah suatu wadah yang kedap udara yang mempertahankan jumlah obat steril yang dimaksudkan untuk pemberian parenteral sebagai dosis tunggal dan yang bila dibuka tidak dapat ditutup rapat kembali yang dengan jaminan tetap steril. Contoh: ampul.
2. Wadah dosis ganda, adalah wadah kedap udara yang memungkinkan pengambilan isinya perbagian berturut-turut tanpa terjadi perubahan kekuatan, kaulitas atau kemurnian bagian yang tertinggal. Contoh vial atau botol serum
Dalam industri farmasi, kemasan yang terpilih harus cukup melindungi kelengkapan suatu produk. Karenanya seleksi kemasan dimulai dengan penetuan sifat-sifat fisika dan kimia dari produk itu, keperluan melindunginya, dan tuntutan pemasarannya. Secara umum, hal-hal penting yang harus diperhatikan dari wadah adalah:
1. Harus cukup kuat untuk menjaga isi wadah dari kerusakan
2. Bahan yang digunakan untuk membuat wadah tidak bereaksi dengan isi wadah
3. Penutup wadah harus bisa mencegah isi:
– Kehilangan yang tidak diinginkan dari kandungan isi wadah
– Kontaminasi produk oleh kotoran yang masuk seperti mikroorganisme atau uap yang akan mempengaruhi penampilan dan bau produk.
4. Untuk sediaan jenis tertentu harus dapat melindungi isi wadah dari cahaya
5. Bahan aktif atau komponen obat lainnya tidak boleh diadsorpsi oleh bahan pembuat wadah dan penutupnya, wadah dan penutup harus mencegah terjadinya difusi melalui dinding wadah serta wadah tidak boleh melepaskan partikel asing ke dalam isi wadah
6. Menunjukkan penampilan sediaan farmasi yang menarik
Berdasarkan pertimbangan tentang kondisi penutupan dalam Farmakope Indonesia, penyimpan obat dikelompokkan :
1. Wadah tertutup baik, yaitu wadah yang dapat melindungi isinya dari zat padat dari luar dan dari hilangnya obat pada kondisi pengangkutan, pengapalan, penyimpanan dan distribusi yang lazim.
2. Wadah tertutup baik terlindung dari cahaya
3. Wadah tertutup rapat, yaitu wadah yang dapat melindungi isinya dari kontaminasi cairan-cairan, zat padat atau uap dari luar, dari hilangnya obat tersebut, dan dari pengembangan, pencairan, atau penguapan pada kondisi pengangkutan, pengapalan, penyimpanan, dan distribusi yang lazim. Suatu wadah tertutup rapat ditutup kembali sehingga kemampuan yang sama seperti sebelum dibuka.
4. Wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya
Bahan kemas yang kontak langsung dengan bahan yang dikemas, dinyatakan dengan bahan kemas primer, sebaliknya pembungkus selanjutnya, seperti kotak terlipat, karton dan sebagainya dinamakan sebagai bahan kemas sekunder. Untuk menjamin stabilitas produk, harus ditetapkan syarat yang sangat tegas terhadap bahan kemas primer, yang seringkali menyatu dengan seluruh bahan yang diisikan baik berupa cairan dan semi padatan. Bahan kemas sekunder pada umumnya tidak berpengaruh terhadap stabilitas.Jenis kemasan primer dalam sediaan steril terdapat wadah gelas, wadah plastik, wadah metal, wadah karet.
2.8 Komponen penyiapan iv admixture
Komponen yang diperlukan dalam penyiapan iv admixture adalah :
Beberapa peralatan yang diperlukan dalam penyiapan iv admixture :
Dalam kaitannya dengan penggunaan sediaan farmasi steril, farmasis mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa pasien menerima obat yang terjamin mutu dan sterilitasnya. Adanya tindakan seperti pencampuran beberapa produk parenteral yang seringkali dilakukan dirumah sakit memberikan peluang masuknya mikroorganisma atau partikel kedalam sediaan apabila tidak dilakukan dengan benar.
Pencampuran Intravena
2.9 Macam-Macam Cara Pemberian Obat Melalui Intravena
1. Secara langsung
2. Tidak langsung
Dengan pelantaraan Infus Intravena, maka cairan atau darah dapat dimasukaan ke dalam pembuluh vena. Cairan yang di masukkan dengan cara demikian ini harus di alirkan perlahan – lahan masuk ke dalam pembuluh vena bersangkutan.
Pemberian Obat Melalui infus ( secara tidak langsung ) ada dua cara, yaitu :
Pemberian Obat melalui Intravena (Secara Langsung).
Merupakan pemberian obat dengan cara memasukkan obat melalui pembuluh darah vena secara langsung. Pembuluh darah vena yang dapat digunakan diantaranya vena mediana cubiti/cephalika/basilica (lengan), vena saphenous (tungkai), vena jugularis (leher), vena frontalis/temporalis (kepala).
Tujuan :
a. Agar reaksi cepat dan langsung masuk pada pembuluh darah dibanding cara parentral lainnya, dan
b. Menghindari kerusakan jaringan lebih besar dan umumnya memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar.
Sediaan Intravena adalah suatu larutan steril yang dimaksudkan untuk penggunaan parenteral (diberikan melalui intervana) yang dibuat dengan cara mencampurkan satu atau lebih produk parenteral ke dalam satu wadah. Aspek-aspek yang menjadi persyaratan dalam pembuatan sediaan intravena meliputi area, personal maupun peralatan. Evaluasi dalam pencampuran sediaan intravena meliputi uji pH larutan dengan menggunakan pH universal, dengan syarat pH sediaan harus sama dengan pH stabil zat aktif, uji kejernihan, uji keseragaman volume, penetapan kadar, uji kebocoran, uji sterilitas. Pemilihan wadah untuk injeksi dibagi menjadi dua macam yaitu wadah dosis tunggal dimana suatu wadah yang kedap udara yang mempertahankan jumlah obat steril yang dimaksudkan untuk pemberian parenteral sebagai dosis tunggal dan yang bila dibuka tidak dapat ditutup rapat kembali yang dengan jaminan tetap steril. Contoh: ampul. Wadah dosis ganda, adalah wadah kedap udara yang memungkinkan pengambilan isinya perbagian berturut-turut tanpa terjadi perubahan kekuatan, kaulitas atau kemurnian bagian yang tertinggal. Contoh vial atau botol serum
Dalam industri farmasi, kemasan yang terpilih harus cukup melindungi kelengkapan suatu produk. Karenanya seleksi kemasan dimulai dengan penetuan sifat-sifat fisika dan kimia dari produk itu, keperluan melindunginya, dan tuntutan pemasarannya.
Mahasiswa diharapkan lebih memahami prosedur pencampuran intravena meliputi formulasi, pembuatan, persyaratan, evaluasi serta pemilihan wadah sediaan intravena sehingga mampu mengaplikasikan nya di lingkungan kerja.
Aberg, J.A., Lacy,C.F, Amstrong, L.L, Goldman, M.P, and Lance, L.L., 2009, Drug Information Handbook, 17th edition, Lexi-Comp for the American Pharmacists Association.
Departemen Kesehatan Keputusan Menteri Kesehatan Tentang Peraturan Pembungkusan dan Penandaan Obat. Keputusan Menteri Kesehatan No. 193/KAB/B.VII/71
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta, Direktorat Badan Pengawas Obat dan makanan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta, Direktorat Badan Pengawas Obat dan makanan.
Martindale The Extra Pharmacopeia, 1994, Edition 28, The Pharmaceutical Press London
Martindale The Extra Pharmacopeia, 2008, Edition 36, The Pharmaceutical Press London
PERTANYAAN :
JAWABAN :