uji stabilitas kimia sediaan suspensi diantaranya yaitu uji degradasi sediaan suspensi, pada kesempatan kali ini kami akan menjelaskan bagaimana cara atau prosedur dalam pengujian degradasi sediaan suspensi serta persyaratan mutu yang baik dari hasil test degradasi sediaan.
Sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan sebelum digunakan, salah satu wadah yang biasa
digunakan yaitu dosis ganda dimana pemakaian berulang sangat rentan
terkontaminasi bakteri, sehingga dapat menyebabkan sediaan tidak lagi
memberikan efek farmakologi. Untuk meminimalkan kontaminasi mikroba dan untuk
menjaga kesterilan dari sediaan diperlukan penambahan pengawet.
Pengawet Antimikroba adalah zat yang ditambahkan pada sediaan obat untuk
melindungi sediaan terhadap kontaminasi mikroba. Pengawet digunakan terutama
pada wadah dosis ganda untuk menghambat pertumbuhuan mikroba yang dapat masuk
secara tidak sengaja selama atau setelah proses produksi.
Zat antimikroba tidak boleh digunakan semata – mata untuk menurunkan jumlah
variabel sebagai pengganti cara produksi yang tidak baik. Ada keadaan yang
memerlukan penggunaan pengawet untuk menekan perkembang biakkan mikroba. Setiap
zat anti mikroba dapat berisfat pengawet, meskipun demikian semua zat anti
mikroba adalah zat yang beracun.
Untuk melindungi konsumen secara maksimumpada penggunaan harus
diusahakan agar pada kemasan akhir kadar pengawet yang masih efektif lebih
rendah dari kadar yang dapat menimbulkan keracunan pada manusia.
B. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud uji efektifitas pengawet
Apa tujuan uji efektivitas pengawet
Bagaimana prosedur uji efektivitas
Apa macam mikroba uji
C. Tujuan
Mengetahui apa yang dimaksud uji efektivitas pengawet
Mengetahui tujuan uji efektivitas pengawet
Prosedur uji efektifitas
Mikroba uji
BAB II
PEMBAHASAN
A. Uji Efektivitas Pengawet
Pengawet
antimikroba adalah zat yang ditambahkan pada sediaan obat untuk melindungi
sediaan terhadap kontaminasi mikroba. Pengawet digunakan pertama pada wadah
dosis ganda untuk menghambat pertumbuhan mikroba yang dapat masuk secara tidak
sengaja selama atau setelah produksi. Zat antimikroba tidak boleh digunakan
semata – mata untuk menurunkan jumlah variabel sebagai pengganti cara produksi
yang tidak baik. Bagaimanapun juga dapat timbul keadaan yang memerlukan
penggunaan pengawet untuk menekan perkembangbiakkan mikroba. Harus diakui bahwa
adanya mikroba yang telah mati atau hasil metabolisme mikroba yang hidup dapat
menimbulkan efek negatif pada orang yang peka.
Zat antimikroba
tidak boleh digunakan semata – mata untuk menurunkan jumlah variabel sebagai
pengganti cara produksi yang tidak baik. Ada keadaan yang memerlukan penggunaan
pengawet untuk menekan perkembang biakkan mikroba. Setiap zat anti mikroba
dapat berisfat pengawet, meskipun demikian semua zat anti mikroba adalah zat
yang beracun. Untuk melindungi konsumen secara maksimumpada penggunaan harus
diusahakan agar pada kemasan akhir kadar pengawet yang masih efektif lebih
rendah dari kadar yang dapat menimbulkan keracunan pada manusia.
Pengujian berikut
dimaksudkan untuk menujukkan efektivitas pengawet antimikroba yang ditambahkan
pada sediaan dosis ganda yang dibuat dengan dasar atau bahan pembawa seperti
produk – produk parenteral, telinga, hidung, dan mata, yang dicantumkan pada
etiket produk bersangkutan. Pengujian dan persyaratan hanya berlaku pada produk
di dalam wadah asli belum dibuka yang didistribusikan oleh produsen. Penafsiran
hasil suatu pengawet dinyatakan efektif di dalam contohnya di uji, jika :
Jumlah
bakteri variabel pada hari ke-14 berkurang hingga tidak lebih dari 0,1% dari
jumlah awal
Jumlah kapang
dan khamir varibel selama 14 hari pertama
adalah tetap atau berkurang dari jumlah awal
Jumlah tiap
mikroba uji selama hari tersisa dari bilangan yang disebut pada a dan b
Prosedur uji efektivitas :
Inokulasi dengan
salah satu mikroba uji (0,1ml/20ml sediaan)
Jumla mikroba
/ ml
Tetapkan jumlah
mikroba viable dalam setiap suspense inokula, hitung angka awal/ml sediaan
dengan metode lempeng
B. Mikroba Uji
Candida albicans (ATCC No. 10231)
Mikroorganisme fungi golongan ragi (yeast)
Hidup sebagai mikroorganisme comensal dalam tubuh manusia
Dapat bersifat oportunistik menyebabkan infesksi oral dan infeksi vagina pada manusia
Aspergilus niger (ATCC No. 16404)
Fungi berfilamen
Bila sejumla spora terhirup masuk ke dalam paru – paru, dapat menyebabkan penyakit paru-paru aspergillosis
Penyebab otomycosis
Escherichia coli (ATCC No. 8739)
Bakteri yang hidup dalam usus mamalia
Bakteri aerob dan fakultatif anarobik, non-spore-forming, gram negative, rod-shaped. Fermentasi laktose dan menghasilkan gas dalam waktu 48 jam pada 35ᵒC (95ᵒF)
Penyebab infkesi saluran kemih dan diare
Pseudomonas aeruginosa (ATCC No.9027)
Bakteri gram negative, aerob, rod shaped, bergerak unipolar
Menginfeksi saluran pernapasan, saluran kemih, luka bakar, dan luka lainnya
Staphylococcus aureus (ATCC No. 6583)
Bakteri gram positif yang berwarna kuning keemasan
Bakteri commensal pada kulit manusia, di dalam hidung, usus dan urin (kira-kira 25% dari populasi)
Penyebab penyakit kulit (Staphylococcal scalded skin syndrome)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pengujian berikut dimaksudkan untuk menujukkan efektivitas pengawet antimikroba yang ditambahkan pada sediaan dosis ganda yang dibuat dengan dasar atau bahan pembawa