TUGAS TEKNOLOGI KOSMETIKA KELOMPOK 7

Nikolaus Yosep Maulana Turnip     (19334726)

Pinesti                                                  (19334728)

Tedy Ria Atmaja                                 (19334729)

Fitria Febri Eva Deni                          (19334730)

Asriyan Fasa                                       (19334731)

Sela Dwi Agraini                                (19334732)

Dosen Pengampu Mata Kuliah: Amelia Febriani, S. Farm.,MSi, Apt

Mata Kuliah: Teknologi Kosmetika (K)

KRIM ANTI KERUT (ANTI WRINKLE CREAM) MENGGUNAKAN MINYAK BIJI KELOR (Moringa oleifera)

Pada perkembangan peradaban manusia di zaman modern, hubungan antar manusia semakin intens dan mudah dilakukan baik pada hubungan kerja, social maupun budaya. Oleh karena itu penampilan kulit yang sehat, menarik, terlihat muda dan cantik sangat dibutuhkan manusia untuk memperindah kulit wajahnya. Wrinkle (kerutan) diperlakukan sebagai penyakit, sehingga dapat dan harus dicegah atau diobati bahkan dikembalikan ke keadaan semula, proses pencegahan kerutan dapat mempetahankan fungsi organ tubuh agar tetap optimal, sehingga usia harapan hidup dapat menjadi lebih panjang dengan penampilan dan kualitas hidupnya yang baik serta lebih muda dibandingkan dengan usia sebenarnya

Penuaan dapat dilihat dengan tujuh tanda kunci seperti garis-garis halus dan kerutan, perubahan warna dan tekstur kulit,permukaan kulit kusam, pori-pori terlihat, Blotchiness, bintik-bintik penuaan dan Kekeringan. Di antara semua tanda-tanda ini, penampilan garis-garis halus dan kerutan pada kulit adalah tanda penuaan yang umum dan paling menonjol. Jadi krim kulit yang digunakan untuk mencegahtanda-tanda penuaan juga disebut sebagai krim anti-kerut (Antiwrinkle).

Salah satu penyebab kulit menjadi keriput adalah radikal bebas, spesies yang mempunyai elektron tidak berpasangan sehingga sangat reaktif dan bersifat merusak sel dan jaringan tubuh. Secara alami, radikal bebas terbentuk di mitokondria pada setiap sel yang bertugas memproses glukosa dan oksigen menjadi energi melalui reaksi enzimatik. Selain itu radikal bebas juga muncul melalui pejanan UV, radiasi rendah, sinar elektromagnetik dan proses pembakaran.

Radikal bebas dapat dicegah dengan penggunaan antioksidan baik sintetik ataupun alam. Contoh antioksidan sintetik adalah Butil Hidroksi Anisol (BHA) dan Butil Hidroksi Toluen (BHT), sedangkan antioksidan alami dapat diperoleh dari tanaman.Antioksidan sangat membantu untuk mencapai pembersihan radikal bebas yang efisien, karena mereka saling menghilangkan radikal bebas. Vitamin E, Vitamin C, asam lipoat, koenzim Q10, asam nikotinat, dan glutation bebas menetralkanradikal dengan metode yang berbeda, dan mereka saling melengkapi satu sama lain. Berdasarkan data ini, biji kelor (Moringa oleifera) dipilih untuk mengevaluasikhasiat anti kerut dari minyak biji yang kaya akan antioksidan. Formulasi yang disiapkan adalah herbalformulasi yang dapat mengurangi efek samping dari formulasi yang dipasarkan menggunakan bahan kimia

Krim

Krim (cremores) adalah bentuk sediaan setengah padat berupa padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai dan mengandung air tidak kurang dari 60%. Krim ada dua tipe yaitu krim tipe minyak dalam air (M/A) dan tipe air dalam minyak (A/M). Krim yang dapat dicuci dengan air (M/A) ditujukan untuk penggunaan kosmetik dan estetika

Pada umumnya krim dibuat dengan melelehkan bahan-bahan krim berupa lemak pada suhu 70o C. Memanaskan bahan-bahan krim larut air pada suhu 70oC, kemudian perlahan-lahan menuangkannya ke dalam lelehan lemak, diaduk homogen hingga dingin

Kulit Keriput (Skin Wrinkle)

Secara histologis, untai jaringan konektif tebal hipodermis yang mengandung sel otot terdapat dibawah keriput. Selain itu, bukti menunjukkan bahwa seiring penuaan, terjadi perubahan pada struktur musculoaponeurosis yang mengakibatkan peningkatan kelemasan dan menyebabkan pembesaran keriput ekspresi tertentu seperti keriput pada lipatan nasolabial. Seperti otot yang ditandai dengan striae, otot muka juga menunjukkan akumulasi “pigmen umur” yakni lipofuscin, suatu petanda kerusakan selular, dan pemburukan otot seiring umur yang diperburuk oleh berkurangnya kontrol neuromuskular ini ikut menyebabkan pembentukan keriput (Yaar and Gilchrest, 2007).

Gaya gravitasi yang terus bekerja terhadap tubuh mempengaruh elastisitas kulit, mempengaruhi distribusi jaringan lunak muka sehingga menyebabkan pengenduran kulit. Elastisitas kulit wajah adalah kemampuan kulit wajah untuk kembali ke bentuk semula setelah diregangkan. Elastisitas kulit sangat terkait dengan jumlah serabut elastin dan kolagen. Elastisitas kulit menurun seiring dengan penuaan. Ketika kulit menjadi semakin kendur seiring usia dan penopang jaringan lunak berkurang, gaya gravitasi juga menjadi faktor penting. Gravitasi mengerahkan gaya mekanik yang menarik kulit muka sehingga mengakibatkan pembentukan kulit yang kendur dan lentur. Seiring penuaan, lemak memang menyusut dari area muka tertentu yang meliputi dahi, daerah preorbital, buccal, temporal dan perioral. Sebaliknya, terjadi peningkatan bagian besar jaringan lemak secara menyolok pada area lain yang meliputi daerah submental, pipi bawah, dan lipatan nasolabial dan area lateral pipi. Berbeda dari tampilan muka muda yang lemaknya tersebar secara difuse, pada kulit muka yang menua lemak cenderung terakumulasi dalam kantong wajah, dan kemudian ketika kelebihan lemak ini terkena gaya gravitasi, maka kulit menjadi kendur

Kelor (Moringa oleifera)

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, tanaman kelor (Moringa oleifera) diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom              : Plantae (Tumbuhan)

Divisi                    : Spermatophyta

Sub divisi             : Angiospermae

Kelas                    : Dicotyledone

Sub kelas              : Dialypetalae

Ordo                     : Rhoeadales (Brassicales)

Famili                   : Moringaceae

Genus                   : Moringa

Spesies                 : Moringa oleifera

(Rollof et al, 2009)

Biji Kelor Tanaman kelor juga memiliki kandungan fenolik yang terbukti efektif berperan sebagai antioksidan. Efek antioksidan yang dimiliki tanaman kelor memiliki efek yang lebih baik daripada Vitamin E secara in vitro dan menghambat peroksidasi lemak dengan cara memecah rantai peroxyl radical. Fenolik juga secara langsung menghapus reactive oxygen species (ROS) seperti hidroksil, superoksida dan peroksinitrit

Formulasi krim anti kerut dari minyak biji kelor

Minyak biji kelor 2%

Asam stearat                    6%

Setil Alkohol                    6%

Parafin cair                       6,6%

Gliserin                             3%

Metil paraben                   0,02%

Propilen glikol                  30%

Air                                    ad 100%

Cara pembuatan krim anti kerut dari minyak biji kelor

Pengemulsi (asam stearat) dan komponen larut minyak lainnya (Cetyl alkohol, parafin cair) dilarutkan dalam fase minyak (Bagian A) dan dipanaskan hingga 75 ° C.

Pengawet dan komponen larut air lainnya (Metilparaben, Gliserol, Propilen glikol, ekstrak etanol biji kelor dilarutkan dalam fase air (Bagian B) dan dipanaskan hingga 75 ° C

Setelah pemanasan, fase berair ditambahkan dalam bagian-bagian ke fase minyak dengan pengadukan terus menerus sampai pendinginan pengemulsi terjadi.

Krim yang sudah jadi di evaluasi

Evaluasi

Evaluasi sediaan yang dilakukan meliputi penentuan pH, viskositas, tes pewarnaan, homogenitas, penampilan, jenis apusan, penghilangan,uji iritasi dan analisis stabilitas dengan cycling test. Berbagai tes bisa dilakukan untuk mengevaluasi kemanjuran antiwinkle adalah: Pengukuran skor kerut, evaluasi histologis, percobaan invitro, Kemanjuran Hydrating dan Anti-Wrinkle, Pewarnaan, tes Anti-kerut pada tikus sehat menggunakan jejak silikon, Penilaian instrumental menggunakan tewameter MPA 5, kelembaban kulit dan TEWL, Evaluasi Permukaan Kulit Hidup (SELS), volume dan energi yang dapat dipelajari menggunakan Visioscan® VC 98 / software SELS 2000.

Untuk makalah lengkapnya bisa di download di link dibawah ini

Leave a comment