Tugas mata kuliah Teknologi Kosmetika

TUGAS MAKALAH TEKNOLOGI KOSMETIKA

FACIAL CLEANSER

HALAMAN JUDUL

Dosen Pengampu : Amelia Febriani, S. Farm., M.Si, Apt

Disusun oleh kelompok 4 :

ALIFIA MAYA                                 18334780

LUPITA                                              18334781

FERNANDO HUTAGALUNG         18334786

AYU GHENNI PRATIWI                 18334787

  HULAINI WIHDA WANTI           19334702

 NITA ROHMATUL FAZRIAH        18334789

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

2020

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.. i

DAFTAR ISI. ii

KATA PENGANTAR.. iii

BAB I. 1

PENDAHULUAN.. 1

A.     Latar Belakang. 1

B.     Rumusan Masalah. 1

C.     Tujuan. 1

BAB II. 2

TINJAUAN PUSTAKA.. 2

A.     Kulit. 2

B.     Anatomi dan Fisiologi Kulit. 2

C.     Fungsi Kulit. 4

D.     Tipe Kulit. 7

E.     Kulit Wajah. 7

F.     Kosmetik. 9

G.         Kosmetika Pembersih Kulit. 9

H.         Facial Cleanser. 9

I.      Klasifikasi Tanaman. 9

J.      Pra Formulasi 11

K.         Evaluasi Facial Cleanser. 13

BAB III. 14

METODE KERJA.. 14

A.     Alat. 14

B.     Bahan. 14

C.     Metode Kerja. 15

BAB IV.. 16

HASIL DAN PEMBAHASAN.. 16

A.     Hasil Pengamatan Bahan. 16

B.     Hasil Evaluasi Sediaan. 17

C.     Pembahasan. 19

KESIMPULAN DAN SARAN.. 21

A.     Kesimpulan. 21

B.     Saran. 21

DAFTAR PUSTAKA.. 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang FACIAL CLEANSER ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Amelia Febriani, S. Farm., M.Si, Apt selaku dosen pengampu mata kuliah Teknologi Kosmetika yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

         Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Teknologi Kosmetika. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

        Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya, Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Ibu demi perbaikan makalah ini.

    Penulis

Jakarta, 2020

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Memiliki wajah yang halus dan lembut selalu menjadi dambaan  setiap orang, terutama wanita. Kulit wajah yang halus dan lembut merupakan anugerah Illahi yang tak ternilai harganya dan harus tetap dijaga kebersihannya dengan cara merawat kesehatan serta kebersihan kulit. Salah satu cara untuk membersihkan kulit wajah, selain menggunakan sabun pembersih wajah dapat juga menggunakan susu atau krim pembersih (cleansing milk atau cleansing cream). (Noor. 2009)

Kulit wajah rentan terhadap gangguan kesehatan yang disebabkan oleh produksi minyak berlebih dari kelenjar minyak, factor hormonal, atau aktivitas sehari-hari di dalam dan di luar rumah. Kelebihan produksi minyak dari kelenjar minyak atau sebaceous gland akan menyebabkan penyumbatan pdaa saluran folikel rambut dan pori-pori kulit (Widiawati, 2014) penyakit kulit obstruktif dan inflamatif kronik pada unit polisebasea ini sering terjadi pada masa remaja (Movita, 2013) serta dianggap sebagai siklus fisiologis karena dapat terjadi akibat perubahan hormonal yang umumnya diderita oleh orang yang mempunyai jenis kulit berminyak. (Widiawati, 2014)

Kosmetika yang digunakan untuk perawatan kulit harus berfungsi untuk memelihara kesehatan kulit, mempertahankan kondisi kulit agar tetap baik dengan mencegah timbulnya kelainan pada kulit akibat proses usia dan pengaruh lingkungan seperti suhu, cuaca, dan lain-lain.

Untuk mengatasi penampilan kulit berminyak, para peneliti berusaha untuk berinovasi dalam menemukan formula yang efektif. Facial cleanser untuk kulit  berminyak sangat dibutuhkan kegunaannya karena dapat membantu meningkatkan penampilan pada wajah. Biasanya digunakan pada saat membersihkan wajah setelah menggunakan riasan wajah atau setelah aktivitas sehari-hari.

B.     Rumusan Masalah

  1. Komponen apa saja yang terdapat didalam facial cleanser?
  2. Evaluasi apa saja yang dilakukan pada facial cleanser?
  3. Bagaimana rancangan formulasi pada facial cleanser?

C.     Tujuan

  1. Mengetahui komponen apa saja yang terdapat dalam facial cleaser.
  2. Memahami cara mengevaluasi facial cleanser.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.    Kulit

Kulit adalah lapisan atau jaringan yang menutup seluruh tubuh dan melindungi tubuh dari bahaya yang datang dari luar. Bagi wanita, kulit merupakan bagian tubuh yang perlu mendapat perhatian khusus untuk memperindah kecantikan.

Lapisan kulit pada dasarnya sama di semua bagian tubuh, kecuali di telapak tangan, telapak kaki, dan bibir. Tebalnya bervariasi dari 0.5 mm di kelopak mata sampai 4 mm di telapak kaki.

B.     Anatomi dan Fisiologi Kulit

Kulit merupakan organ tubuh terbesar manusia, dengan luas 18-000 cmz dan berat sekitar 16 % dari berat badan seseorang. Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu dari luar ke dalam: kulit ari atau epidermis, kulit iangat atau dermis dan jaringan penyambung bawah kulit atau hypodermis. Epidermis sendiri terbagi atas lima lapisan sel yaitu dari luar ke dalam : lapisan tanduk atau stratum corneum, lapisan bening atat stratum lucidum, lapisan berbutir atar stratum granulosum, lapisan taju atau stratum spinosum, dan lapisan tunas atau stratum germinativum. Pada stratum germinativum ini sel-sel kulit hidup, berbentuk mendekati persegi, memiliki inti, dan senantiasa memperbanyak diri melalui pembelahan sel atau mitosis. Sel-sel lapisan tunas yang iuga disebut sel basal, mendapat sari makanan dari pembuluh-pembuluh darah kapiler di sekitarnya. Sel-sel baru yang terbentuk mendesak ke atas sel-sel yang terbentuk lebih awal. Di lapisan tunas terdapat melanosit, yaitu sel-sel pembentuk warna kulit melanin. Melanin ini berfungsi untuk melindungi kulit dari bahaya radiasi sinar ultra violet matahari. Dalam perjalanan ke atas ketika kulit mengalami turn over skin lapisan tunas mengalami keratinisasi, yaitu bentuk sel meniadi makin pipih, inti selnya pecah dan akhirnya berubah menjadi protein keras yang disebut keratin.

Pada stratum corneum, terdapat sel-sel tanduk yang terikat kuat satu sama lain oleh senyawa lipid, peptide, ceramide dan sebum. Lapisan ini keras dan kuat yang berfungsi melindungi permukaan kulit agar tidak mudah pecah, sehingga jasad renik tidak mudah masuk ke dalam tubuh disamping meniaga kelembaban kulit.

Kulit jangat membentuk 90 % dari ketebalan kulit. Selain meniadi tempat ujung-uiung syaraf perasa, juga meniadi tempat keberadaan kandung rambut yang menghasilkan rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea, dan pembuluh darah kapiler. Sel-sel kulit jangat terdiri dari fibrosit, yaitu sel-sel pembentuk jaringan kolagen dan serabut elastin yang memberi kontur kulit dan elastisitas kulit.

Hipodermis terdiri dari liposit-liposit yaitu sel-sel pembentuk lemak. Di sini laringan lemak berbaur dengan pembuluh darah dan jaringan syaraf. Kulit terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu lapisan kulit ari lepidermis lapisan kulit jangat (dermis) dan jaringan penyambung bawah kulit (subcutaneous tissue). Di antara lapisan kulit ari dan lapisan kulit jangat terdapat batas yang jelas, sedangkan batas antara kulit jangat dan jaringan penyambung bawah kulit nampak kabur. Keadaan ini dikarenakan sel-sel dibagian bawah lapisan kulit jangat membaur dengan sel-sel jaringan penyambung bawah kulit, yang terutama terdiri dari sel-sel lemak. Sel-sel lemak berfungsi sebagai insulator untuk mencegah tubuh kehilangan panasnya, disamping sebagai cadangan makanan dan penahan benturan.

Sumber : https://theconversation.com/kulit-kita-adalah-organ-tubuh-paling-penting-dan-paling-besar-apa-saja-fungsinya-93728

Kulit ari atau lapisan epidermis merupakan lapisan terluar tubuh manusia yang langsung berhubungan dengan dunia luar. Sel-sel kulit ari terus bertumbuh dan mampu memperbaiki diri sendiri dalam melindungi organ-organ dalam tubuh manusia dari kehilangan cairan tubuh, bahaya benturan mekanis, terkena radiasi sinar ultra violet, terinfeksi virus dan bakteri, dan terkena zat-zat kimiawi. Kulit ari mempunyai variasi ketebalan, bagian yang tertipis berada di kelopak mata dan perut dan bagian paling tebal berada di tumit kaki dan di telapak tangan.

Kulit ari terdiri dari lima lapisan sel. Dari lapisan terbawah hingga lapisan teratas masing-masing dibedakan menjadi lapisan basal atau stratum germinativum, lapisan taju atau stratum spinosum, lapisan berbutir stratum granulosum, lapisan bening atau stratum lucidum dan lapisan tanduk atau stratum corneum.

Dalam lapisan basal terdapat dua macam sel, yaitu sel tunas dan sel pembentuk pigmen kulit atau melanosit. Dalam lapisan basal, sel tunas hidup, berinti, terus menerus memperbanyak diri, dan mendesak sel-sel yang terbentuk lebih dahulu bergerak ke atas disertai perubahan sifat dan bentuknya menjadi lapisan taiu, lapisan berbutir, lapisan bening dan lapisan tanduk.

Di dalam buku “Patologi Umum dan Sistemik’ yang ditulis oleh J.C.E. Underwood disebutkan bahwa sel tunas atau sel induk yang terdapat pada epitel permukaan kulit sel labil dimana sel tunas ini mempunyai kemampuan yang baik untuk regenerasi. Secara terus menerus sel-sel permukaan akan lepas dan kemudian akan diganti dengan lapisan yang lebih dalam. Sel yang hilang melalui cedera atau hilang secara normal diganti oleh sekumpulan sel tunas (stem cell pool), Pada saat sel tunas ini dalam pembelahan mitosis, satu sel anak akan berkembang sesuai alur diferensiasi sesuai keinginan dan fungsi jaringan. Satu sel yang lain tetap tinggal sebagai sel yang mempunyai sifat sel tunas.

Sel tunas merupakan populasi yang kecil dalam jaringan dan sering terletak pada tempat yang terpisah. Pada epidermis sel tunas terletak pada lapisan basal yang berdekatan dengan membran basalis. Kemampuan jaringan beregenerasi tergantung pada utuhnya populasi sel tunas. Sel tunas terutama rentan terhadap radiasi, yang akan mengakibatkan kehilangan kemampuan regenerasi jaringan, atau mutasi yang teriadi pada sel anak dengan resiko terjadinya neoplasma.

Kehilangan sebagian populasi sel labil dapat diperbaiki secara sempurna. Misalnya jika permukaan kulit terkena abrasi ringan maka akan ada lapisan epidermis yang hilang, tetapi pada bagian tepi lesi tetap mengandung sel-sel yang dapat membelah diri untuk menutup kembali kerusakan tersebut. Dasar lesi mungkin juga memotong saluran kelenjar keringat dan folikel rambut. Sel-sel pada daerah ini dapat berproliferasi dan ikut serta dalam proses penyembuhan. Sel mengalami proliferasi dan menyebar dalam bentuk lembaran tipis sampai seluruh defek tertutup. Ketika lembaran menyatu, rangsangan berproliferasi berhenti. Kontak hambatan ini mengatur pertumbuhan dan pergerakan. Sehingga lapisan epidermis terbentuk kembali dari dasar ke atas sampai tidak dapat dibedakan dengan yang normal.

C.    Fungsi Kulit

Adapun fungsi-fungsi kulit adalah:

  1. Mencegah badan menjadi kering, karena air di dalam badan tidak mudah keluar dengan adanya lapisan-lapisan kulit (water proof). Dalam buku Dermatologi karangan Robin Graham-Brown dan Tony Burns disebutkan bahwa keberadaan stratum korneum menyebabkan tubuh kita tidak kehilangan banyak air, sehingga mencegah terjadinya dehidrasi. Di dalam stratum korneum terdapat sel yang tumpang tindih dan lemak interseluler sehingga mencegah terjadinya difusi air ke luar tubuh. Bila stratum korneum dihilangkan misalnya menggunakan plester, maka kehilangan air akan meningkat 10 kali atau lebih.
  2. Menyaring zat-zat yang tidak diperlukan badan melalui keringat, seperti urea, asam urat, amoniak, dan asam laktat. Ethel Sloane menulis dalam buku “Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula” bahwa fungsi integumen kulit sebagai ekskresi untuk mengeluarkan zat berlemak, air, dan ion-ion seperti ion Na melalui kelenjar-kelenjar pada kulit.
  3. Mengatur suhu tubuh, dengan cara jika kepanasan berkeringat sedangkan jika kedinginan pembuluh-pembuluh darah di dalam kulit akan mengecil (konstriksi) sehingga panas tertahan di dalam tubuh. Suhu tubuh diatur di dalam hipotalamus, yang dipengaruhi oleh suhu darah yang mengalir di dalamnya. Respon kulit terhadap kondisi dingin adalah dengan vasokonstriksi dan mengurangi aliran darah. Hal ini akan mengurangi transfer panas ke permukaan tubuh. Respon terhadap panas adalah dengan vasodilatasi, peningkatan aliran darah, dan pelepasan panas keluar tubuh. Perspirasi membantu mendinginkan tubuh dengan penguapan keringat. Fungsi pengaturan suhu ini akan terganggu pada penderita penyakit tertentu seperti dermatitis eksfoliatif atau eritroderma.
  4. Melindungi badan dari ancaman luar seperti benturan fisih panas terik matahari, api, angin, kuman-kuman dan jamur. Perlindungan dari kuman dan jamur dilakukan secara alamiah oleh mantel asam kulit yang mempunyai pH 4,5-6,5 sehingga kuman dan jamur tidak tahan hidup. Keutuhan dari stratum korneum akan melindungi dari invasi dari mikroorganisme. Keberadaan stratum korneum merupakan sawar atau rintangan yang sangat efektif terhadap penetrasi dari Iuar. Kulit merupakan organ yang secara imunologis berperan penting dalam pertahanan tubuh. Keberadaan melanin dalam kulit iuga merupakan perlindungan terhadap kerusakan yang dapat diakibatkan oleh sinar ultra violet.
  5. Kulit juga merupakan organ sekresi karena mengeluarkan sebum dari kelenjar sebasea untuk mempertahankan keasaman kulit meminyaki kulit dan rambut dan menahan air. Dalam buku “Anatomi dan Fisiologi Untuk Perawat edisi 10” yang ditulis oleh Roger Watson disebutkan bahwa kelenjar sebasea adalah kelenjar sakular kecil yang mengeluarkan substansi kecil seperti minyak, yang disebut sebum. Kelenjar sebasea berada pada sudut antara folikel rambut dan otot pili erektor, sehingga kontraksi otot dapat mempengaruhi pengeluaran sebum pada kelenjar. Sebum melubrikasi kulit dan rambut dan menjaga kulit lembut dan liat rambut dapat dibentuk dan tidak mudah patah. Namun, sebum mengangkat debu dan bakteri yang menempel pada permukaan berminyak, sehingga harus dibersihkan menggunakan sabun dan air, jika tidak maka kulit menjadi rapuh, mudah luka, dan dimasuki bakteri.
  6. Vitamin D atau kolekalsiferol dibentuk di kulit melalui aktivitas sinar UVB terhadap asam lemak pada sebum (7 ehidro-kolestrol) pada jaringan adipose. Lemak yang tersimpan pada dermis dan subkutis berfungsi sebagai cadangan energi yang berguna untuk metabolisme sel terutama pada keadaan di mana seseorang mengalami kekurangan gizi atau kelaparan. Pada orang-orang yang menu makanannya kekurangan vitamin D memerlukan asupan vitamin D tambahan.

Selain fungsi kulit di atas, kulit banyak mengandung reseptor sensoris untuk merasakan panas, dingin, nyeri, rabaan, tekanan, dan bahkan rasa gatal. Selain itu kulit juga berfungsi sebagai estetika yang berpengaruh dalam interaksi sosial. Ethel Sloane menyebutkan bahwa reseptor sensorik berperan untuk mentransduksi stimulus lingkungan menjadi impuls saraf. Reseptor ini dapat diklasifikasikan berdasarkan sumber stimulus yang mempengaruhi ujung reseptor, jenis sensasi yang terdeteksi reseptor, distribusi reseptor, atau ada tidaknya lapisan pada uiung reseptor. Berdasarka sumber lokasi sensasi maka kulit termasuk eksteroseptor sensitif terhadap stimulus eksternal terhadap tubuh dan terletak pada atau di dekat permukaan tubuh. Misalnya tekanan, sentuhan, nyeri pada kulit dan suhu.

Berdasarkan jenis sensasi yang terdeteksi, terdiri dari mekanoreseptor (sensitif terhadap regangan, vibrasi, tekanan), termoreseptor (sensitif terhadap perubahan suhu), reseptor nyeri atau nosiseptor (sensitif terhadap kerusakan jaringan, kemoreseptor (sensitif terhadap perubahan pH). Uiung reseptor sensorik pada kulit ada yang termasuk ujung saraf bebas, dimana ujung saraf ini tidak memiliki lapisan selular dan sarafini untuk merasakan nyeri, sentuhan ringan, dan suhu. Sedangkan u;ung saraf berkapsul terdapat pada korpuskel pacinian yang mendeteksi stimulus dan tekanan vibratory, korpuskel meissner yang mendeteksi sentuhan, korpuskel ruffini responsif terhadap tekanan.

Fungsi kulit yang lain adalah sebagai :

  • Pelindung yaitu melindungi organ-organ tubuh di sebelah dalam dari bahaya gesekan, benturan, kekerasan cuaca, infeksi virus dan bakteri serta berbagai penyebab mekanis dan kimiawi yang merugikan kesehatan.
  • Mengatur suhu badan yaitu kulit mempertahankan suhu normal tubuh

manusia sekitar 36,5oC.

  • Perasa yaitu di dalam kulit terdapat ujung-ujung syaraf perasa dengan fungsinya masing-masing. Ada ujung syaraf perasa yang mendeteksi rasa sakit, sentuhan, tekanan, panas dan dingin.
  • Penyerap yaitu kulit mampu menyerap masuk zat-zal yang dioleskan di permukaannya. Penyerapan ini dapat melalui dua jalan yaitu ialan trans epidermis yailu zat-zat masuk melalui lapisan tanduk dan sawar Rein ke dalam kulit jangat dan ialan trans folikel yaitu zat-zat merembes masuk ke dalam kelenjar sebasea ke pembuluh darah. Zat-zat yang mudah diserap kulit adalah oksigen, vitamin-vitamin yang larut lemak, hormon-hormon tertentu dan minyak esensial.

D.    Tipe Kulit

Tipe kulit dan sifat karakteristiknya dapat dibedakan menjadi lima golongan yaitu:

  1. Kulit normal. Tekstur kulit normal halus, kencang dan kenyal, tidak pucat, tidak mengkilat, tidak kusam, tidak terdapat atau sedikit sekali pigmentasi dan pori-pori kulit tidak membesar.
    1. Kulit kering. Permukaan kulit kasar, tipis dan terasa menegang, cenderung bersisik terutama di daerah alis, sering terasa gatal, cenderung timbul keriput-keriput halus sebelum waktunya, elastisitas kulit kurang dan sering bersifat sensitif.
    1. Kulit kombinasi normal kering. Sifat kering terlihat pada daerah kening dan pipi.
    1. Kulit berminyak. Pori-pori kulit lebih terbuka, permukaan kulit tebal, berminyak dan mengkilat, warna kulit pucat kekuning-kuningan, kusam dan kotor, kulit wajah cenderung berkomedo, berjerawat.
    1. Kulit kombinasi normal berminyak. Sifat berminyak terdapat di daerah sepanjang dahi, menurun sepanjang batang hidung hingga di dagu.

Secara garis besar, terdapat empat ienis kulit : normal, kering, berminyak, dan campuran. Kulit normal halus dan lembut serta memiliki kelembaban dan sekresi minyak yang seimbang. Kulit kering terjadi akibat ketidak seimbangan sekresi sebum dan mempunyai ciri-ciri lembut, pori-porinya tidak terlihat secara kasat mata, sedikit transparan, terasa sedikit kencang tetapi terlihat garis atau kerutan halus, terutama di daerah mata dan mulut meskipun pada usia yang belum lanjut. Kulit berminyak disebabkan oleh sekresi keleniar sebasea yang berlebihan sehingga permukaan kulit terlihat tidak merata, poripori terbuka lebar, timbul komedo, bahkan bisul. Kulit kombinasi atau campuran pori-pori membesar pada daerah di atas pipi dan hidung sedangkan pada daerah muka lainnya dan Ieher kulit kering bahkan bisa bersisik.

E.     Kulit Wajah

Kulit wajah sedikit berbeda dari bagian kulit lainnya. karena di lapisan bawahnya terdapat lebih banyak pembuluh darah. Itu sebabnya, goresan sedikit saja pada saat mencukur kumis dapat menvebabkan banvak sekali darah yang keluar.

Selain itu, berbeda dengan bagian tubuh lain, pembuluh darah di wajah-dan telinga sangat sensitif terhadap pengaruh emosi. Sebagai akibatnya wajah seseorang mudah menjadi merah jika emosinva terusik (flushine), misalnva karena malu.

Warna merah itu disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah. Karena kaya akan pembuluh darah, wajah biasanya mempunyai kulit yang lebih halus dari bagian tubuh yang lain. Kehalusan kulit ini dipengaruhi oleh sinar ultraviolet dan akibat jerawat yang salah perawatannya dapat dipenuhi jaringan parut.

Kulit wajah berminyak merupakan masalah yang sering dialami oleh kebanyakan orang. Adapun faktor yang memicu kulit berminyak adalah gaya hidup, pola makan, dan lain sebagainya. Melakukan perawatan yang tepat tentunya sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan kulit dan mengusir minyak berlebih. (Dini, dkk. 2019)

Gangguan yang sering terjadi, pada kulit berminyak yaitu, munculnya jerawat. Biasanya, jerawat terjadi selama pubertas karena perubahan hormon. Pilosebaceous blockage dan radang umumnya dipicu oleh bakteri proibakteri acnes, Staphylococcus epidermidis, dan Staphylococcus aureus.

Wajah yang tidak bersih akan menyebabkan jerawat, sehingga mencegah terjadinya problem-problem ini perlu ditangani dari luar atau dari dalam tubuh. Salah satunya ialah dengan menggunakan pembersih wajah tanpa sabun.

Pembersih wajah merupakan persyaratan utama bagi masyarakat karena mereka dapat membersihkan wajah dari debu, polusi, sisa kosmetik dan melindungi wajah dari terkena sinar matahari. Kemudian ac yang kotor akan menyebabkan masalah baru yang mudah untuk tumbuh jerawat yang dapat mengurangi kepercayaan diri, minyak, gatal, dan lain-lain.

Salah satu produk jamu yang sering digunakan untuk membersihkan wajah adalah lidah buaya, yang merupakan tanaman asli afrika, yang memiliki karakteristik fisik kental dan memiliki sisi-sisinya yang berduri, panjang dan sempit pada pinggirnya, hijau, dan memiliki daging daun yang licin.

Semua bagian dari aloe vera dapat digunakan baik untuk perawatan tubuh maupun kulit yang rentan dan ada kandungan kaolin yang memiliki manfaat bagi proses pengelupasan untuk menghapus kulit mati

Perawatan dengan jerawat dapat dilakukan dengan mengurangi sabun, membantu pengelupasan sel kulit mati sehingga tidak mengundang pengumpulan bakteri. Produk alami diyakini lebih aman daripada antibiotik.

Salah satu produk jamu yang sering digunakan untuk perawatan jerawat adalah lidah buaya. Sehingga kita ingin membuat sabun cair untuk wajah untuk membuatnya lebih praktis. Di mana ini lidah buaya merupakan pembersih aman untuk kulit sensitive, berminyak dan berjerawat serta ramah lingkungan, tidak mencemari lingkungan dan mencucinya tidak memerlukan banyak air sehingga dapat menghemat air bersih.

F.     Kosmetik

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1175/MenKes/Permenkes/2010, kosmetik adalah bahan atau sediaan bahan yang dimaksudkan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.

Kosmetik berdasarkan kegunaannya dibagi menjadi kosmetik perawatan dan dekoratif. Kosmetik perawatan misalnya kosmetik untuk membersihkan, melembabkan, maupun melindungi bagian tubuh seperti kulit dan rambuut, sedangkan kosmetik dekoratif diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada bagian tubuh sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik.

G.    Kosmetika Pembersih Kulit

Kotoran pada kulit dapat menimbulkan penyumbatan pada pori-pori kulit, misalnya minyak dari kosmetika, talk dari bedak, sel-sel lapisan tanduk yang sudah mati. Agar kulit tetap sehat maka harus selalu dibersihkan. Pembersih yang mempunyai pH-balanced merupakan pembersih kulit yang dapat melindungi mantel asam kulit. Tetapi minyak dalam kosmetika kurang sempurna dibersihkan dengan pembersih. Sedangkan kotoran yang berupa sel-sel kulit yang sudah mati perlu diampelas menggunakan krim pengampelas (scrub cream) atau scrub soap.

H.    Facial Cleanser

Produk skin care yang digunakan untuk membersihkan kulit dari makeup, kotoran, maupun minyak berlebih. Cleanser tersedia dalam beberapa tekstur yang berbeda seperti krim, gel, maupun minyak.

I.       Klasifikasi Tanaman

  1. Tanaman Lidah Buaya
    1. Klasifikasi Tanaman
  2. Devisi : Magnoliophyta
  3. Kelas : Magnoliopsida
  4. Anak Kelas : Liliidae
  5. Bangsa : Liliales
  6. Suku : Liliaceae
  7. Marga : Aloe
  8. Jenis : Aloe barbadensis Mill.
  9. Sinonim : Aloe vera (L.) Webb (Backer, 1965)
  10. Nama Lain Tanaman

Lidah buaya merupakan tumbuhan yang dapat tumbuh di berbagai daerah dan di berbagai negara maka dari itu lidah buaya memiliki berbagai nama yang sesuai dengan nama daerah atau negara tersebut, yaitu sebagai berikut :

  • Sinonim : Aloe barbadensis Miller, Aloe ferox Miller, Aloe vulgaris Lamk. Nama Daerah : lidah buaya (Indonesia), jadam (Malaysia), crocodile tongue (Inggris). Nama Asing : Lu hui (Cina), salvila (Spanyol).
  • Nama simplisia : Aloe (konsentrat kering dari jus daun lidah buaya) (Dalimartha, 2008).
  • Deskripsi Tanaman

Lidah buaya merupakan tanaman sukulen berbentuk roset dengan tinggi 30-60 cm dan diameter tajuk 60 cm atau lebih. Daunnya berdaging, kaku, lancip (lanceolate) dengan warna daun hijau keabu-abuan dan memiliki bercak putih, Lidah buaya merupakan  tumbuhan berbatang pendek yang tidak terlihat karena tertutup oleh daundaun yang rapat dan sebagian terbenam dalam tanah, melalui batang inilah muncul tunas-tunas yang selanjutnya akan menjadi tanaman anak. Lidah buaya tahan terhadap kekeringan karena di dalam daunnya banyak tersimpan cadangan air yang dapat dimanfaatkan pada waktu kekurangan air. Permukaan daun dilapisi lilin dengan duri lemas di pinggirnya. Akar lidah buaya berupa akar serabut yang pendek dan berada di permukaan tanah, panjangnya sekitar 50-100 cm. Lidah buaya mempunyai sekitar 300 spesies. Daun lidah buaya yang berdaging tebal dikupas kulitnya, terdapat cairan kuning yang rasanya pahit dan bagian dalam menghasilkan gel pekat. Perbanyakan dengan pemisahan anakan (Dalimartha, 2008).

  • Kandungan Kimia Tanaman

Berdasarkan hasil penelitian, tanaman lidah buaya kaya akan kandungan zat-zat seperti enzim, asam amino, mineral, vitamin, polisakarida, dan komponen lain yang sangat bermanfaat bagi kesehatan antara lain aloin, barbaloin, isobarbaloin, aloe-emodin, dan aloesin (Agoes, 2010). Lidah buaya juga mengandung lupeol, asam salisilat, nitrogen, fenol, sulfur, magnesium, laktat, prostanoid, dan serat. Aloin memiliki efek laksatif, aloktin, kampesterol, β sitosterol dan acemannan memiliki efek anti inflamasi : lupeol, asam salisilat, fenol, dan sulfur sebagai antiseptik (Ebadi, 2011). Aloe emodin dan rhein adalah polifenol golongan antrakuinon yang mempunyai khasiat laksatif (purgatif). Kandungan polisakaridanya mempercepat penyembuhan luka dan mengurangi reaksi peradangan (Dalimartha, 2008). Lidah buaya mengandung asam salisilat, sterol, dan enzim pemecah protein yang bekerja menghambat peradangan. Lidah buaya juga mempunyai sifat adstrigen dan antibakteri yang berperan dalam mengobati jerawat dengan cara menetralisir lemak (komedo) yang menumpuk dan mencegah inflamasi (Hamman, 2008).

  •  Khasiat Tanaman

Lidah buaya memiliki khasiat yang beragam sering dijadikan bahan campuran dalam sampo, minuman, obat cacing, luka bakar, bisul, luka bernanah, amandel, sakit mata, keseleo, kosmetik, dan jerawat (Agoes, 2010). Salah satu fungi atau khasiat yang digunakan adalah sebagai antibakteri. Lidah buaya memiliki rasa pahit, sifat dingin, masuk meridian jantung, hati dan pankreas. Berkhasiat menghilangkan panas hati, mereklasasi usus besar agar buang air besar (laksatif), antiradang, peluruh haid, dan membunuh parasit (Dalimartha, 2008).

J.      Pra Formulasi

  1. Ekstrak Aloe Vera

Pemerian              : Jernih, kental, aroma khas

Kelarutan             : Dapat bercampur dengan pelarut polar dan elektrolit.

Kegunaan             : Zat aktif sebagai moisturizer dan antiseptik.

(Wulandini, 2019)

  • Aquades

Nama latin            : Aqua destilata

Kegunaan             : Pembawa dan pelarut

Pemerian              : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.

Kelarutan             : Dapat bercampur dengan pelarut polar dan elektrolit (Depkes RI, 1979; hal 96)

  • Carbomer 960

Nama lain             : Carbopol

Rumus molekul    : (C3H4O2)n

Pemerian              : Serbuk putih, sedikit berbau khas, asam, Higroskopik.

Kelarutan             : Larut dalam air dan setelah netralisasi larut dalam etanol (95%) dan  gliserin.

Kegunaan             : Pengemulsi

Konsentrasi          : 0,5 -20%

Titik leleh             : 260oC selama 30 menit

Berat jenis            : 1,72-2,08 g/cm3

Ph                         : 2,5 – 4 ( Rowe, 2008; hal 110)

  • Triethanolamine

Nama kimia                      : Triaethanolaminum, 2,20,200-Nitrilotriethanol

Rumus molekul    : C6H15NO3

Pemerian              : Jernih, tidak berwarna, hingga kekuningan, kental, cairan yang memiliki sedikit bau amoniak.

Kelarutan             : Mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut dalam kloroform P

Bobot molekul      : 149.19

Kegunaan             : Emulsifying agent

Kadar                   : 2-4%

Titik leleh             : 20-21 oC  

pH                        : 10,5 (Rowe, 2009; hal 752)

  • Whey kefir

Nama lain             : Produk usu fermentasi

Pemerian              : Serbuk berwarna putih kekuningan, rasa asam dan beralkohol

Kelarutan             : Larut dalam air

Kegunaan             : Pencerah

Kadar                   : 0,1% (Jaya, 2017)

  • Lavender Oil

Nama lain             : Minyak bunga lavender

Pemerian              : Kurang berwarna atau cairan kuning, memiliki sifat bau dan rasa seperti bunga lavender

Kelarutan             : 1 bagian larut dalam 4 bagian dari alkohol 70%

Kegunaan             : Parfum

Kadar                   : 0,005 – 0,01% (Alfoso, 1980; hal 1295)

  • Orange Oil

Nama lain             : Minyak jeruk, Oleum citri

Pemerian              : Cairan warna kuning pucat atau kuning kehijauan, bau khas aromatik, rasa pedas dan agak pahit

Kelarutan             : Larut dalam 12 bagian etanol 90%, larut agak beropalesensi dengan etanol mutlak

Bobot molekul      : 149.19

Kegunaan             : Parfum

Kadar                   : 0.2-0.3%

pH                        : Tidak terukur karena tidak larut dalam air. Namun karena termasuk dalam senyawa asam maka dipastikan memiliki pH kurang dari 7 (Depkes RI, 1979; hal 452)

  • Moringa Seed Oil

Nama lain             : Minyak biji kelor

Pemerian              : Cairan minyak berwarna kuning dan bau khas seperti kacang-kacangan.

Kelarutan             : larut dalam kloroform

Kegunaan             : Antioksidan

Kadar                   : 0,5%

Bobot jenis           : 0,9 ± 0,003

  • Virgin Coconut Oil

Pemerian              : Cairan minyak tidak berwarna, ada sedikit berbau asam ditambah caramel

Kelarutan             : Tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alkohol (1:1)

Bobot molekul      : 149.19

Kegunaan             : Parfum

Kadar                   : 0,5-10%

pH                        : Tidak terukur karena tidak larut dalam air. Namun karena termasuk dalam senyawa asam maka dipastikan memiliki pH kurang dari 7 (Darmoyuwono, 2006)

  1. Phenoxyetanol

Pemerian              : Cairan tidak berwarna, sedikit kental, bau tidak enak, rasa terbakar

Kelarutan             : Bercampur dengan etanol 95% ; aseton ; gliserin, larut dalam isopropyl miristat (1:26), agak sukar larut dalam air (1:43), dalam  minyak zaitun (1:50); dalam minyak kacang (1:50); dalam minyak mineral (1:143)

Kegunaan             : Pengawet

Kadar                   : 0.5-1%

Titik leleh             : 14oC (Rowe, 2009; hal 487)

  1. Natural E

Nama lain             : Vitamin E, Tokoferol

Pemerian              : Cairan berminyak kental, jernih, tidak berwarna, atau cokelat kekuningan; tidak berbau dan tidak berasa

Kelarutan             : Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam aseton, etanol, eter, dan minyak nabati.

Kegunaan             : Antioksidan

Kadar                   : 0.5-1%

Titik leleh             : 0,001-0,1% (Sweetman, 2009)

K.    Evaluasi Facial Cleanser

  1. Uji Organoleptis

Pengujian ini dilakukan untuk menegtahui kualitas gel pembersih wajah ekstrak Aloe Vera

  • Uji pH

pH kulit normal kisaran 4.5-6.5, saat kulit dibersihkan menggunakan sabun maka pH kulit akan meningkat, sehingga dibutuhkan pembersih wajah untuk menetrakan pH wajah.

  • Uji Viskositas

Dilakukan untuk mengetahui kekentalan pada sediaan, agar mudah saat penggunaan ataupun pengaplikasian pada kulit.

  • Uji Homogenitas

Pengujian ini bertujuan untuk melihat homogenitas dari sediaan, dan untuk memastikan bahwa semua bahan tercampur merata.

  • Uji Daya Bersih

Merupakan proses pembersihan kulit dari noda. Dan untuk melihat kemampuan pembersih wajah aloe vera dalam mengangkat noda pada kulit.

BAB III

METODE KERJA

A.    Alat

  • Timbangan analitik
  • Beaker glass
  • Batang pengaduk
  • pH meter
  • Pipet tetes
  • Wadah
  • Spatel

B.     Bahan

  • Aloe Vera
  • Carbomer 940
  • Triethanolamine
  • Kefir
  • Moringa seed oil
  • Virgin coconut oil
  • Natural E
  • Lavender oil
  • Orange oil
  • Aquadest

C.    Metode Kerja

Membuat 3 formula dengan perbedaan konsentrasi karbomer 940 yaitu Formula 1 0.5%, Formula 2 0.7%,  Formula 3 2%

  1. Siapkan alat dan timbang bahan yang akan digunakan
  2. Siapkan beaker glass yang berisi aquadest sebanyak 200gram lalu masukan ekstak aloe vera sebanyak 1 gram, aduk sampai homogen (Massa 1)
  3. Tambahkan carbomer 940 (0.5%, 0.7%, 2%) kedalam (Massa 1), aduk kembali sampai homogen
  4. Tambahkan Triethanolamin sedikit demi sedikit sampai mencapai pH 5
  5. Tambahkan 5 tetes kefir, aduk kembali sampai homogen
  6. Terakhir tambahkan Moringa seed oil, Virgin coconut oil, dan Natural E, aduk sampai homogen, lalu masukan dalam wadah.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Pengamatan Bahan

  Komposisi  Bahan  Jumlah  Karakteristik Bahan
Zat aktif (Surfaktan)Aloe Vera1 gramJernih, kental, aroma khas
PengemulsiCarbomer 9400.5%,0.7%, 2%Serbuk putih, sedikit berbau khas, asam, Higroskopik.
Penstabil pHTriethanolamineqsJernih,tidak berwarna kuning pucat, berwarna kental cair, memiliki bau aroma.
PencerahKefir5 tetes 
  EmolientMoringa seed oilqs 
Virgin coconut oilqsCairan minyak tidak berwarna, ada sedikit berbau asam ditambah caramel
AntioksidanNatural EqsCairan berminyak kental, jernih, tidak berwarna, atau cokelat kekuningan; tidak berbau dan tidak berasa
ParfumLavender oilqsCairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
Orange oilqsCairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
PelarutAquadest200 gramCairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.

Sumber : R. Wulandini et al. 2019. Formulation of facial cleansing gels using aloe vera as natural surfactant.

B.     Hasil Evaluasi Sediaan

a. Uji Organoleptis

Pengujian ini dilakukan untuk menegtahui kualitas gel pembersih wajah ekstrak Aloe Vera

Berikut data yang diperoleh:

Tes OrganoleptisKriteria penilaianFormula
123
    AromaSangat wangi060
Cukup wangi841
Tidak wangi209
        WarnaPutih000
Agak putih001
Putih kelabu998
Transparan111
Cokelat gelap000
Cokelat muda000
Kuning kecokelatan000
      KekentalanSangat kental0010
Agak kental0100
Agak encer1000
Encer000
Sangat encer000
        EfekSangat dingin111
Cukup dingin443
Tidak dingin001
Hangat000
Cukup hangat000
Tidak hangat556

Keterangan : F1 Carbomer 0.5%, F2 Carbomer 0.7%, F3 Carbomer 2%

b. Uji pH

pH kulit normal kisaran 4.5-6.5, saat kulit dibersihkan menggunakan sabun maka pH kulit akan meningkat, sehingga dibutuhkan pembersih wajah untuk menetrakan pH wajah.

c. Uji Viskositas

Dilakukan untuk mengetahui kekentalan pada sediaan, agar mudah saat penggunaan ataupun pengaplikasian pada kulit.

d. Uji Homogenitas

Pengujian ini bertujuan untuk melihat homogenitas dari sediaan, dan untuk memastikan bahwa semua bahan tercampur merata.

Uji homogenitas dilakukan menggunakan cawan petri dimana Formula 1, Formula 2, dan Formula 3 dioleskan pada cawan petri, lalu diamati.

Berikut hasil yang diperoleh :

Keterangan : Formula 1(a), Formula 2(b), Formula 3(c)

NoFormulasipH Penambahan TEAKekentalanHomogenitas
SebelumSesudah
114.35.01624Homogen
224.05.01480Homogen
333.65.0Melewati rangeHomogen

Keterangan : Tabel hasil uji pH, Viskositas, dan Homogenitas

e. Uji Daya Bersih

Merupakan proses pembersihan kulit dari noda. Dan untuk melihat kemampuan pembersih wajah aloe vera dalam mengangkat noda pada kulit.

Berikut hasil yang diperoleh :

C.    Pembahasan

Pada pembuatan formulasi dari sediaan gel pembersih wajah dibuat tiga formulasi dengan perbandingan pada carbomer 940 yang digunakan, untuk formula 1,2, dan 3 kadar carbomer 940 yang digunakan berturut-turut adalah 0.5%, 0.7%, 2% tujuan dari perbedaan penggunaan kadar carbomer 940 , untuk mengetahui perbedaan yang terbentuk dari sediaan gel pembersih wajah Aloe Vera.

Untuk pemilihan komposisi bahan yang digunakan dalam pembuatan formulasi gel pembersih wajah, masing-masing memiliki fungsi yang diinginkan dan dapat memperbaiki cara kerja satu sama lain dari bahan-bahan tersebut diantarannya Ekstrak Aloe Vera yang mampu menjadi surfaktan alami, tujuan pemilihan Ekstrak Aloe Vera sebagai surfaktan agar dapat membandingkan kemampuannya dengan surfaktan sintetis yang umumnya digunakan dalam pembuatan sediaan farmasi, bahan lainnya yaitu Triethanolamin yang berfungsi sebagai penstabil pH , whey kefir sebagai pencerah kulit, Natural E sebagai antioksidan agar gel pembersih yang dihasilkan tidak mengalami perubahan pada masa penyimpanan, serta Virgin coconut oil dan Moringa seed oil sebagai emolient atau penambah aroma alami pada gel pembersih wajah.

Proses pembuatan gel pembersih wajah Aloe Vera ini, dilakukan umum seperti pembuatan sediaan pembersih wajah pada umumnya, dimana tahap awal pencampuran Ekstrak Aloe Vera dengan Aqua dest, tahap ke-dua penambahan Carbomer dengan konsentrasi berbeda tiap formulasinnya, selanjutnya penambahan TEA agar pH selalu stabil, tahap akhir penambahan whey kefir, Moringa Seed Oil dan Virgin Coconut Oil.

Tahap akhir yaitu melakukan pengujian pada sediaan gel pembersih wajah Ekstrak Aloe Vera, pengujian yang dilakukan diantarannya uji Organoleptis untuk menegtahui kualitas gel pembersih wajah ekstrak Aloe Vera, Uji Homogenitas untuk memastikan bahwa semua komponen tercampur merata, Uji Viskositas untuk mengetahui kekentalan dari sediaan gel pembersih wajah , Uji pH untuk mengetahui pH dari gel pembersih wajah Ekstrak Aloe Vera.

  Uji organoleptis, dalam pengujian ini ada beberapa aspek yang dinilai diantarannya  aroma, warna, kekentalan, dan efek. Pengujian ini menggunakan responden sebagai pemberi nilai, dan dari hasil yang didapatkan  untuk aroma, dimana 8 responden menilai formula 1 memiliki aroma yang cukup wangi, 6 responden menilai formula 2 memilki aroma sangat waangi, dan 9 responden menilai formula 3 tidak memiliki aroma, untuk warna mayoritas responden menilai gel pembersih wajah Ekstrak Aloe Vera berwarna putih kelabu , untuk viskositas 10 responden menilai Formula 1 agak cair, 10 responden menilai formula 2 agak kental, dan 10 responden menilai formula 3 sangat kental hal ini terjadi karena ke-tiga formula mengandung carbomer 960 yang berbeda, semakin banyak kandungan carbomer 960 yang terdapat dalam gel pembersih wajah maka semakin kental sediaan tersebut.

Uji pH, pengujian pH ini dilakukan dalam dua kondisi dimana kondisi sediaan sebelum ditambahkan Triethanolamin (TEA) dan kondisi detelah ditambahkan Triethanolamin, Triethanolamin disini berfungsi untuk menstabilkan pH yang terbentuk, dan hasil yang diperoleh nilai pH sebelum penambahan TEA pada formula 1,2, dan 3 berturut-turut adalah 4.3, 4.0, dan 3,6 setelah penambahan TEA nilai pH berubah menjadi 5.0 pada keseluruhan formulasi, maka dapat disimpulkan sediaan gel pembersih wajah Ekstrak Aloe Vera ini layak digunakan karena memenuhi range pH wajah yaitu 4.5-6.5.

Pada pengujian viskositas didapatkan nilai Foemula 1 1624 cP, Formula 2 1480 cP, dan Formula 3 terlalu kental sehingga melebihi batas nilai viskositas yang baik, dapat disimpulkan semakin tinggi konsentrasi Carbomer maka viskositas akan semakin tinggi, selain dipengaruhi oleh carbomer gel juga dipengaruhi oleh Triethanolamin.

Hasil dari uji homogenitas gel pembersih wajah Esktrak Aloe Vera menggunakan cawan petri, dari tiga formulasi menunjukan homogenitas ketika tidak adannya gumpalan saat dioleskan pada cawan petri. Dapat disimpulkan bahwa tiga formulasi homogen. Dimana faktor yang dapat mempengaruhi homogenitas adalah proses pengadukan yang tidak sempurna, atau ukuran partikel yang terlalu besar. 

Pengujian terakhir yaitu uji daya bersih gel pembersih wajah Ekstrak Aloe Vera, berdasarkan tabel pengamatan uji daya bersih bisa terlihat bahwa gel pembersih wajah Ekstrak Aloe Vera mampu mengangkat noda foundation dibagian punggung tangan, kemampuan membersihkan merupakan karakteristik yang harus dimiliki oleh sediaan sabun atau pembersih yang mampu menghilangkan kotoran pada kulit.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan

            Berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka peneliti menyimpulkan        

            bahwa:

  1. Komponen yang terdapat didalam facial cleanser adalah Ekstra Aloe Vera, Triethanolamin, Carbomer 940, Whey Kefir, Moringa Seed Oil, Phenoxyetanol, Natural E. dan Virgin Coconut Oil.
  2. Evaluasi yang dilakukan pada facial cleanser adalah Uji Organoleptis, Uji Homogenitas, Uji Viskositas, Uji pH, dan Uji Daya Bersih.
  3. Rancangan formulasi pada facial cleanser adalah Membuat 3 formula dengan perbedaan konsentrasi Carbomer 940 yaitu Formula 1 0.5%, Formula 2 0.7%,  Formula 3 2%.

B.     Saran

       Peneliti mengharapkan adanya pengembangan dan inovasi penelitian lebih lanjut mengenai Oil Free Cosmetic (kosmetik bebas minyak) untuk mengatasi penampilan kulit berminyak, karena facial cleanser untuk kulit  berminyak sangat dibutuhkan kegunaannya membantu meningkatkan penampilan pada wajah

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, A. (2010). Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Salemba Medika

Alfoso R.G. (1980). “Rennigton’s Pharmaceutical Science Edisi 18”. Mark Publising Company Eston: Pennyslavania

Backer, A and Van Den Brink, B. (1965). Flora of Java (Spermatophytes Only) Volume I. N.V.P. The Nederlands. Noordhoff-Groningen.

Dalimartha, Setiawan. (2008). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Penebar Swadaya.

Darmoyuwono, W. (2006). Gaya hidup Sehat Dengan Virgin Coconut Oil. Jakarta: PT. Indeks

Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia, Edisi III. Departemen Republik Indonesia. Jakarta.

Ebadi, M. (2001) Pharmacodynamic Basis of Herbal Medicine. CRC press : United State of America.

Hamman, J. H. (2008). Composition and Aplication of Aloe vera Leaf Gel. Molecules 13.

Jaya, Firman., Purwadi dan Wahyu Novia Widodo. (2017). Penambahan Madu Pada Minuman Whey Kefir Ditinjau Dari Mutu Organoleptik, Warna, Dan Kekeruhan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Hal 16-21 Vol. 12 No. 1.

Kedang, M. Yohana Maria. (2018). Uji Karakteristik Minyak Biji Kelor.: Politeknik Kesehatan KEMENKES Kupang.

Melian, Elsa. Skripsi Formulasi Kaolin Facial Wash dengan Variasi Konsentrasi Sodium Laurileter Sulfat (SLSE) dan Uji Daya Bersihnya Terhadap Bakteri Penyebab Jerawat (Propionibacterium acnes). 2018. Fakultas Ilmu Kesehatan. Program Studi Farmasi. Jakarta. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Noor, Siti Umrah., Nurdyastuti, Desy. Lauret-7-Sitrat sebagai Detergensia dan Peningkat Busa pada  Sabun Cair Wajah Glysine soja (Sieb.) Zuce. 2009. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. ISSN 1693-1831. Hal. 39-47

Rowe, R.C. et Al. (2009). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed, The Pharmaceutical Press, London.

Sitorus, Dini Rizky, dkk. Pemilihan Facial Wash Untuk Kulit Wajah Berminyak dengan Metode Promethee II Banjarmasin. 2019.

Sweetman, S.C. (2009). Martindale The Complete Drug Reference, Thirty Sixth Edition. Pharmaceutical Press : New York.

Yulia, Elvyra, dr., dan Neneng siti S.A. 2015. Dasar-Dasar Kosmetika Untuk Tata Rias. LPP Press. Universtitas Negeri Jakarta.

https://journal.sociolla.com/bjglossary/cleanser/ diakses tanggal 26 Juni 2020 pukul 21.24 WIB.

stabilitas kimia – uji degradation test

uji stabilitas kimia sediaan suspensi diantaranya yaitu uji degradasi sediaan suspensi, pada kesempatan kali ini kami akan menjelaskan bagaimana cara atau prosedur dalam pengujian degradasi sediaan suspensi serta persyaratan mutu yang baik dari hasil test degradasi sediaan.

Disusun Oleh :

Seinul Baary (16334011)

Muhammad Fathi (16334020)

Suhendar Permana (16334067)

Athsila Nugroho (16334069)

Ulfah Istiqomah (16334083)

“SABUN GLISERIN” TEKNOLOGI KOSMETIKA (A)

SABUN GLISERIN

Disusun oleh:

Mukhamad Fajar (15330002)

Riswan Arianto  (15330033)

Muhamad Rifai  (15330112)

Satrio Ari Huntomo (15330140)

PROGRAM STUDI FARMASI S1

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT SAINS TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “SABUN GLISERIN” ini dengan baik. Sekiranya makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam proses belajar maupun mengajar.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki isi makalah ini agar kedepannya dapat lebih baik lagi.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan seperti kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, Juni 2019

Penyusun

BAB 1

PENDAHULUAN

  1. LatarBelakang

Awal dari kesehatan adalah kebersihan. Kebersihan diri perlu dijaga agar tubuh menjadi sehat, tidak menjadi penyebar kotoran dan tidak menularkan penyakit baik bagi diri sendiri ataupun bagi orang lain. Suatu proses pertahanan dan pemeliharaan kebersihan tubuh adalah dengan membersihkan diri. Mandi yang teratur menggunakan sabun merupakan salah satu bentuk memelihara kebersihan. Ekstrak kasar yang mengandung saponin dapat diperiksa melalui kemampuannya menghemolisis sel darah (Taufik, 2007).

Sabun mandi padat sebagian besar masyarakat digunakan untuk membersihkan badan karena sabun mandi padat harganya lebih murah, mudah digunakan, dan efisien dalam membersihkan kulit. Tetapi sabun mandi padat memiliki kelemahan dari sisi higienitas karena ramai dipakai secara bersama dan juga sulit untuk dibawa bepergian. Sabun mandi padat penggunaannya sangat tepat untuk pemakaian pribadi di rumah (Abdi, 2016).

Transparant Soap – sabun ‘tembus pandang’ ini tampilannya jernih dan cenderung memiliki kadar yang ringan. Sabun ini mudah sekali larut karena mempunyai sifat sukar mengering. Faktor yang mempengaruhi transparan sisa buna dalah kandungan alkohol, gula, dan glyserin dalam sabun. Ketika sabun akan dibuat jernih dan bening maka hal yang paling essensial adalah kualitas gula, alkohol dan glyserin. Oleh karena itu pemilihan material dipertimbangkan denganwarna dan kemurniannya.

Gula bersifat humectan, dikenal membantu pembusaan sabun. Semakin putih warna gula akan semakin jernih sabun transparan yang dihasilkan. Terlalu banyak gula, produk sabun menjadi lengket , pada permukaan sabun keluar gelembung kecil – kecil. Gula yang paling baik untuk sabun transparan adalah gula yang apabila dicairkan berwarna jernih seperti glyserin, karena warna gula sangat mempengaruhi warna sabun transparan akhir. Gula lokal yang berwarna agak kecoklatan, hasil sabun akhir juga tidak bening, jernih tanpa warna tetapi juga agak kecoklatan. Etanol (etil alkohol) berbentuk cair, jernih dan tidak bewarna. Merupakan senyawa organic dengan rumus kimia C2H5OH. Etanol digunakan sebagai pelarut pada proses pembuatan sabun transparan karena sifatnya yang mudah larut dalam air dan lemak. Gliserin adalah produk samping dari reaksi hidrolisis antara minyak nabati dengan air untuk menghasilkan asam lemak. Gliserin merupakan humektan sehingga dapat berfungsi sebagai pelembap pada kulit. Pada kondisi atmosfer sedang ataupun pada kondisi kelembapan tinggi, gliserin dapat melembapkan kulit dan mudah di bilas. Gliserin berbentuk cairan jernih, tidak berbau dan memiliki rasa manis.

Sabun Glycerin atau yang lebih dikenal di Indonesia adalah sabun transparan. Jenis sabun ini lebih banyak ditemui di negara Amerika dan Inggris, karena kelembaban dan bahan alami dari bahan tersebut terkenal bagus disana. Dan yang  paling penting adalah kesadaran dari masyarakat disana tentang sabun yang sehat.

Bagaimana dengan di Indonesia? Bolehbilangtidakbanyak orang Indonesia yang paham benar dengan bahan yang bernama Glycerin. Sebelum itu mari kita melihat asal usul Glycerin.

  1. Tujuan
  2. Untuk mencari tahu bagaimana prosedur pembuatan sabun gliserin
  3. Lebih mengenal tentang sabun terutama sabun gliserin

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PengertianSabun

Sabun adalah garam alkali dari asam lemak rantai panjang. Ketika lemak atau minyak tersaponifikasi, terbentuk garam sodium atau potassium dari asam lemak rantai panjang yang disebut sabun.

Sabun digunakan sebagai bahan pembersih kotoran, terutama kotoran yang bersifat lemak dan minyak karena sabun berfungsi sebagai emulgator, dapat mengemulsikan  lemak  atau minyak. Sabun padat  yang  beredar dipasaran saat ini dibedakan menjadi tiga jenis yaitu sabun opaque, translucent, dan transparan. Sabun transparan memiliki tampilan yang sangat menarik, berkelas dan mewah sehingga membuat sabun transparan dijual dengan harga yang relative mahal, dan dapat dijadikan cinderamata atau souvenir yang memberikankesan yang sangat unik dan memberikan tampilan yang ekslusif (Widyasanti dan Hasna, 2016).

2.2 Formulasi Sabun

Bahan-bahan yang digunakan untuk memformulasi sabun, antara lain :

  1. Lemak dan minyak

Lemak dan minyak merupakan bahan dasar dalam pembuatan sabun, dimana asam lemak yang bereaksi dengan basa akan menghasilkan gliserin dan sabun, yang dikenal dengan proses saponifikasi. Perbedaan yang mendasar pada lemak dan minyak adalah pada bentuk fisisnya, lemak berbentuk padatan, sedangkan minyak berbentuk cairan. Lemak yang digunakan dalam pembuatan 8 sabun adalah tallow, sedangkan minyak yang digunakan pada pembuatan sabun adalah coconut oil, palm oil, palm kernel oil, palm stearin, dll. (Barel et al, 2001).

  • Basa

Basa seperti NaOH dan KOH diperlukan dalam pembuatan sabun. Peran dari basa adalah sebagai agen pereaksi dengan fase minyak, sehingga akan terjadi proses saponifikasi. Dengan adanya reaksi antara fase minyak dan basa, maka akan terbentuk gliserol dan sabun, yang berupa garam sodium atau potassium (Barel et al, 2001). 2.3 Bahan aditif Bahan aditif berguna untuk meningkatkan minat konsumen pada pemakaian sabun, karena adanya modifikasi dari penampilan atau keuntunganp roduk tersebut. Bahanaditif yang biasa digunakan, antara lain :

  • Fragrance

Fragrance merupakan bahan aditif yang paling penting pada produk cleansing, agar dapat diterima oleh konsumen. Penggunaan fragrance pada umumnya berfungsi untuk menutupi karakterisitik bau dasar dari asam lemak atau fase minyak. Fragrance yang digunakan tidak boleh menyebabkan perubahan stabilitas atau perubahan pada produk akhir. Jumlah fragrance yang digunakan pada sabun batangan tergantung dari kebutuhan konsumen, biasanya berkisar dari 0,3% (untuk kulit sensitif) hingga 1,5% (untuk sabun deodoran) (Barel et al, 2001). 9 2.3.2 Pengawet Pengawet atau preservative berfungsi untuk mencegah oksidasi selama penyimpanan. Oksidasi dapat terjadi karena adanya penggunaan asam lemak taktersaturasi (sepertioleat, linoleat, linolenat), dan adanya bahan tambahan seperti fragrance. Pengawet yang digunakan dapat terdiri dari agen pengkelat logam, seperti Ethylene Diamine Tetra Acid (EDTA) atauantioksidan, seperti Butylated Hydroxy Toluene (BHT) (Barel et al, 2001).

  • Kondisioner kulit

Saat ini konsumen tidak hanya menginginkan sabun yang dapat membersihkan kulit, tetapi juga menimbulkan kesan lembut pada kulit. Dengan adanya perubahan permintaan konsumen tersebut, maka perlu ditambahkan senyawa yang dapat meningkatkan kelembutan (mildness) di kulit setelah pemakaian sabun. Gliserin dan asam lemak bebas merupakan bahan tambahan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bahan lainnya yang dapat digunakan antara lain vitamin E, jojoba oil, lanolin, mineral oil, beeswax, dll. (Barel et al, 2001).

  • Surfaktan sintetik

Penggunaan surfaktan sintetik dapat meningkatkan penampilan dari sabun batangan, karena dapat memperbaiki kualitas dan kuantitas dari busa. Jumlah surfaktan yang digunakan berkisar antara 5% (combar level rendah) hingga 80% (syndet) (Barel et al, 2001). Beberapa bahan tambahan lain yang dapat digunakan sebagai zat aktif seperti agen antimikrobiatriklosan (TCC), whitening agent (Kojic acid, vitamin C 10 dan derivatnya), skin care (astringent, dan vitamin A, B, D, E), dan antiperspirant atau antideodoran (Anonim, 2009). Selain zat aktif, dapat juga digunakan sebagai binder atau pengikat (gum dan resin), dan filler atau pengisi (dextrin dan talc) (Barel et al, 2001).

2.3 Gliserin

Gliserin adalah cairan seperti sirup jernih dengan rasa manis. Dapat bercampur dengan air dan etanol. Sebagai suatu pelarut, dapat disamakan dengan etanol, tapi karena kekentalannya, zat terlarut dapat larut perlahan-lahan didalamnya kecuali kalau dibuat kurang kental dengan pemanasan. Gliserin bersifat sebagai bahan pengawet dan sering digunakan sebagai stabilisator dan sebagai suatu pelarut pembantu dalam hubungannya dengan air dan etanol (Ansel, 1989). Gliserin digunakan sebagai emollient dan humectant dalam sediaan topical dengan rentang konsentrasi 0,2-65,7% (Smolinske, 1992). Gliserin pada konsentrasi tinggi menimbulkan efekiritasi pada kulit dan lebih disukai konsentrasi gliserin 10-20 % (Jellinek, 1970). Dalam sabun yang dibuat, gliserin berfungsi sebagai humektan. Humektan adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengontrol perubahan kelembaban suatu sediaan dalam wadah atau kemasannya dan mengontrol kelembaban kulit ketika sediaan tersebut diaplikasikan (Sagarin, 1957). Gliserin termasuk dalam tipe humektan organik, dimana gliserin merupakan humektan yang paling banyak digunakan dalam industry kosmetik karena kestabilan harga dan presentasenya relative sedikit dari jumlah total penggunaan produk (Rieger, 2000).

Glycerin juga dibuat untuk menjadi sabun transparant. Sabun Glycerin transparan mengandung sekitar 15% – 20% glycerin murni. Dikenal sebagai “Cair dan Tuangkan” sabun, sabun ini sangat mudah bagi penghobi untuk bekerja dengan bahan tersebut. Glycerin meleleh pada sekitar 160 derajat fahrenheit, dan dipadatkan cukup cepat. Karena kandungan gliserin yang tinggi sabun Glycerin sangat berguna sebagai pelembab pada kulit. Sayangnya, konten ini glycerin tinggi juga berarti bahwa sabun akan larut dalam air lebih cepat dibandingkan dengan sabun dengan glycerin kurang, dan bahwa jika sabun dibiarkan terkena udara, maka akan menarik air dan “berkilau” dengan manik-manik kelembaban ambien.

Dari kekurangan tersebut, ada kompensasinya yaitu kulit yang kenyal dan lembut dari sabun yang sangat baik untuk kulit segala usia dari anak-anak sampai dewasa.

2.4 KelebihanSabunGliserin

Dibandingkan dari kekurangannya, Glycerin jelas memiliki lebih banyak manfaatnya:

  1. Sabun Glycerin membantu menjaga kelembaban kulit dari udara yang kering dan lembab. Dibandingkan dengan menggunakan sabun dari bahan baku kimia, lebih baik menggunakan bahan baku alami.
  2. Cocok untuk kulit sensitif.
  3. Sabun yang terbuat dari Glycerin cepat larut dalam air sehingga mudah dibersihkan.
  4. Bisa mengurangi bahkan menyembuhkan penyakit kulit seperti eksim,
  5. Sabun Glycerin lembut di kulit sehingga bisa dipakai di segala usia.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi cawan penguap, neraca analitik, spatula, batang pengaduk, botol semprot, pisau, cetakan sabun, kemasan sabun.

3.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan adalah Gliserin batang (gliserin + coconut oil), Minyak essensial (Cherry Blossom dan Bubble gum), pewarna (Merah dan Hijau) dan etanol 70%.

3.1.3 Rincian Biaya

         Biaya yang diperlukan untuk bahan – bahan lain antara lain :

No Nama Bahan Keterangan Harga
1 Gliserin batang 100 gram Rp. 10. 000
2 Minyak Essensial 10 ml Rp. 30. 000
3 Pewarna 20 ml Rp. 5. 000
4 Alkohol 70 % 1 Liter Rp. 22. 000
TOTAL Rp. 67. 000

Harga jual sabun gliserin : Rp. 15. 000

Formulasi Sediaan Sabun :

3.3 Pembuatan Formulasi Sediaan Sabun Mandi Padat

Cara pembuatan Sabun Gliserin :

  1. Langkah pertama, lelehkan gliserin batangs dengan cawan porselin di atas waterbath sampai mencair,
  2. Setelah mencair, tambahkan minyak essensial beberapa tetes, aduk dengan menggunakan batang pengaduk sampai tercampur,
  3. Siapkan cetakan sabun yang ingin digunakan,
  4. Semprotkan alkohol 70% kedalam cetakan sabun, fungsinya adalah untuk melapisi cetakan sabun dan mencegah terbentuknya gelembung didalam sabunsaat mulai dingin dan mengering.
  5. Lepaskan dari cetakkan, lalu kemas. 
  6. Simpan sabun di tempat kedap udara hingga siap digunakan  

3.4 Pemeriksaan Sediaan Sabun Mandi Padat

Pengujian pH adalah paremater pengujian mutu dari sabun padat. Pengukurannya dengan melarutkan sabun dalam air dan diukur menggunakan indikator universal.

Berdasarkan SNI 06-3532-1994, pH sabun mandi tidak ditetapkan standarnya. Tetapi, tingkat keasaman (pH) sabun sangat berpengaruh terhadap kondisi kulit pemakainya. Umumnya, sabun yang dipasarkan di masyarakat mempunyai nilai pH 9-10,8. Pertumbuhan bakteri Propionibacterium dapat disebabkan oleh pH tinggi pada sabun sehingga dapat menyebabkan kulit kering. Hal ini terjadi karena sabun dengan pH tinggi dapat membengkakkan keratin sehingga memudahkan masuknya bakteri yang menyebabkan kulit menjadi kering dan pecah-pecah, dan iritasi kulit akan terjadi apabila pH sabun terlalu rendah (Almazini, 2009).

3.5Uji Sifat Fisis Sabun

a. Uji Kekerasan

Sabun Pengamatan kekerasan dilakukan pada minggu ke-1, ke-2, dan ke-3 setelah pembuatan sabun. Sabun berukuran 1x1x1 cm diletakkan pada hardness tester secara vertikal. Hardness tester ditekan sampai menembus bagian bawah sabun, skala kekerasan yang tertera dicatat. Kemudian dilakukan pengukuran pada ketujuh replikasi, semua hasilnya dicatat dan ditentukan rata-rata kekerasan sabun.

b. Uji Kemampuan Membentuk Busa

Pengamatan kemampuan membentuk busa dilakukan pada minggu ke- 1, ke-2, dan ke-3 setelah pembuatan sabun. Sabun ditimbang sebesar 1 gram dan dilarutkan dalam 10 ml aquadest. Jika diperlukan, campuran dapat dipanaskan untuk membantu kelarutan. Sebanyak 5 ml larutan campuran dimasukkan kedalam tabung reaksi berskala, lakukan pengocokan dengan bantuan vortex selama 2 menit. Kemudian dilakukan pengukuran pada ketujuh replikasi, semua hasilnya dicatat dan ditentukan rata-rata ketinggian busanya.

c. Uji Derajat Keasaman

Pengamatan derajat keasaman dilakukan pada minggu ke-1, ke-2, dan ke-3 setelah pembuatan sabun. Sabun ditimbang 1 gram dan dilarutkan dalam 10 ml aquadest. Jika diperlukan, campuran dapat dipanaskan untuk membantu kelarutan. Kemudian pH meter dicelupkan ke dalam larutan. Derajat keasaman (pH) yang diperoleh diamati. Kemudian dilakukan pengukuran pada ketujuh replikasi, semua hasilnya dicatat dan ditentukan rata-rata derajat keasamannya (pH).

d. Subjective Assessment

Subjective assessment dilakukan dengan membuat kuesioner yang mempunyai tujuan untuk memperoleh data tentang tingkat penerimaan konsumen terhadap after feel yang ditimbulkan sabun transparan. Kuesioner disebarkan kepada 30 responden, dengan pemakaian sabun transparan selama 5 hari.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

  • HASIL
No Uji Hasil Keterangan
1 Uji Kekerasan + Sabun berbentuk keras
2 Uji Kemampuan Membentuk Busa + Ketika dikocok, lalu didiamkan selama 2 menit, ketinggian busa lebih dari 1 cm (> 1 cm)
3. Subjective Assessment 6 : 4 6 dari 10 orang, lebih menyukai sabun dengan minyak essensial Cherry Blossom (warna merah), dan 4 orang lainnya menyukai sabun dengan minyak essensial Bubble Gum (warna hijau).

BAB V

KESIMPULAN

  • KEIMPULAN

Sabun selain untuk membersihkan dan mewangikan, juga dapat berfungsi sebagai pelembab terutama pada kulit manusia. Fungsi dari sabun gliserin yang kami buat adalah untuk melembabkan kulit (sebagai pelembab).

Selain membuat formulasi sabun, kami juga melakukan beberapa pengujian pada sabun yang kami buat, antara lain uji kekerasan, kemampuan membentuk busa dan subjective assessment.

Hasil dari uji kekerasan adalah positif. Karena sabun yang kami buat memiliki tingkat kekerasan yang sesuai dengan standar yang berlaku.

Pada kemampuan membentuk busa, sabun yang kami buat menunjukkan hasil yang baik. Karena busa yh terbentuk setelah dikocok selama 2 menit, dan didiamkan selama 1 menit, ketinggian busa > 1 cm. hasil tersebut telah memenuhi persyaratan yang berlaku.

Hasil dari uji subjective assessment, kami menggunakan 10 orang sebagai sampel uji untuk menggunakan sabun yang kami buat. Dan hasilnya menunjukkan 6 dari 10 orang, lebih menyukai sabun dengan minyak essensial Cherry Blossom (warna merah), dan 4 orang lainnya menyukai sabun dengan minyak essensial Bubble Gum (warna hijau).

DAFTAR PUSTAKA

  1. Abdi, Arga. (2016). Formulasi sabun padat dengan kombinasi tepung beras dan ekstrak daun kemuning (Murrayapaniculata L. Jack) sebagai anti hiperpigmentasi pada kulit. Skripsi. Program Studi Sarjana Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
  2. Almazini, P. (2009). Pengaruh Sabun dalam Kesehatan Kulit. Diakses pada 20 April 2014. 
  3. Chan, A. (2016). Formulasi Sediaan Sabun Mandi Padat Dari Ekstrak Buah Apel (Malus Domesticus) Sebagai Sabun Kecantikan Kulit. Jurnal Ilmiah Manuntung. Halaman 51-52. 
  4. Dunn, K.M., (2008). The Water Discount. The Journal of the Handcrafted Soapmakers Guild 2:1-5. 
  5. Fikiyah, H., Qurata, L. A., Latief, A. A. (2014). Uji Efektivitas Antibakteri Ekstrak Daun Dan Buah Mengkudu (Morindacitrifolia L.) Terhadap Blood Disease Bacterium. Jurnal HPT. Fakultas Pertanian Universtas Brawijaya.   Volume 2 Nomor 2.
  6. Nelson, J. S. (2006). Fishes of the World. Fourth Edition. John Wiley and Sons. Inc., New York, USA, 601 p.
  7. Taufik, M. (2007). Prinsip-prinsip Promosi Kesehatan Dalam Bidang Keperawatan Untuk Perawat dan Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : Infomedika. Halaman 31.

Face Toner

Teknologi Kosmetika Kelas B Kelompok 10

Dianti Putri Utami 13330012

Puji Rahmawati 15330152

Yulian Galuhwati 15330107

Raudhah Kurnia Putri 18330701

Ulfi Alfiqirani 180330705

Sri Ayu Kristin Dewi 180330706

Hallo, sahabat natura.

Kali ini kita akan membahas tentang Face Toner yang kita buat dari bahan ekstrak pepaya. Yap, kalian semua pasti sudah familiar dengan Face Toner dong ya ? Di sini kita telah menyebar questioner kepada 10 responden yang rentang umurnya sekitar 20-25 tahun. Dari 10 responden semuanya mengetahui manfaat Face Toner, namun tidak semua dari responden menggunakan face toner ke dalam daily skin care mereka. Yukk, kita bahas lebih mendalam tentang Face Toner.

Continue reading

DAY CREAM

  1. Definisi Cream Siang

Sediaan tabir surya adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud membaurkan atau menyerap secara efektif cahaya matahari, terutama daerah emisi gelombang ultraviolet dan inframerah, ssehingga dapat mencegah terjadinya gangguan kulit karena cahaya matahari.

Bahan tambahan yang digunakan adalah Klasium karbonat, kaolin, magnesium oksida, talek, dan sebagainya.

Dari pemeriksaan yang dilakukan terhadap sejumlah bahan pelindung matahari di daerah tropic didapat hasil sebagai berikut :

  1. Antranilat ( orto – aminobenzoat ; benzyl , fenil, feniletil, linalil, metal, mentil, sikloheksil, dan terpenil ester.
  2. Asam p- aminobenzoat dan derivatnya ( asam – p – demetilaminobenzoat,etil, gliseril, isobutyl ester. )
  3. Asam tanat dan derivatnya.
  4. Aswam urat dan asam violurat.
  5. Azol (2 – asetil – 3 – bromoindazol, fenil benzoksazol, metil nalfoksazol, berbagai aril benzotiazol.
  6. Benzalasetofenon, dan dibenzalaseton.
  7. Dervat asam dihidroksinamat ( umbeliferon, metal umbeliferon, metilaseto umbeliferon ).
  8. Derivate asam sinamat ( benzyl dan metal ester ; alfafenil sinamonitril, butyl sinamoil piruvat ).
  9. Derivate asam trihidroksinamat ( eskutin, daftanein, dafnin, glukosida eskutin, dan metileskutin ).
  10. Derivate kinolin.
  11. Derivate kumarin.
  12. Derivate kina ( bisulfate, klorida,oleat, sulfat dan tanat ).
  13. Hidrokarbon ( difenilbutadien, stilben ).
  14. Hidrokinon .
  15.  o – dan p – hidroksibifenildisulfonat.
  16. Naftol sulfonat ( asam 2-naftol-6,8-disulfonat dan natrium 2-naftol-3,6-disulfonat ).
  17. Salisil (amil , benzyl, dipropilen gliol, fenil,gliserin, dan mentil ester )

Cream adalah sediaan setengah padat berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.

                                                                                    Sumber : Farmakope Indonesia III

Cream adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.

                                                Sumber : Farmakope Indonesia IV

Cream adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60 % dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.

                                                                                    Sumber : Formularium Nasional

2. Perlindungan kulit

Secara alami ,kulit sudah berusaha melindungi dirinya beserta organ – organ bawahnya dari bahaya sinar UV matahari, antara lain dengan membentuk butir pigmen kulit ( melanin ) yang sedikit banyak memantulkan kembali matahari. Jika kita terpapar sinar matahari, misalnya ketika seseorang berjemur maka timbul dua tipe reaksi melanin :

  • Penambahan melanin dengan cepat ke permukaan kulit.
  • Pembentukan tamabahn melanin baru.
  • Jika pembentukan tambahan melanin itu berlebihan dan terus menerus pada kulit dapat terjadi.

Secara artificial, ada dua cara perlindungan kulit, yaitu :

  1. Perlindungan secara fisik, misalnya memakai payung, topi lebar, baju lengan panjang, celana panjang, sertan pemakaian bahan – bahan kimia yang memelihara kulit dengan jalan memantulkan sinar yang mengenai kulit, misalnya dioksida, zinc oksida, kaolin, kalsium karbonat, magnesium Karbonat, silisium dioksida dan bahan – bahan lainnya sejenis yang sering dimasukkan dalam dasar bedak ( foundation )atau bedak.
  2. Perlindungan secara kimiawi dengan memakai bahan kimia,tersebut yaitu :
  3. Bahan yang menimbulkan dan mempercepat proses penggelapan kulit ( tanning ), misalnya dioxy acetone dan 8 – methoxy psoralen, yang dikonsumsi 2 jam sebelum berjemur. Bahan ini mempercepat pembentukan pigmen melanin di permukaan kulit.
  4. Bahan yang menyerap UV – B tetapi meneruskan UV – a ke dalam kulit misalnya Para Amino Benzoic Acid (PABA ) dan derivatnya, Cinnamates, Anthranilates, Benzophenons, Dighalloyl trioleat, dan petrolatum veteriner merah. Tetapi perlu diingat bahwa PABA dan sejumlah bahan tersebut bersifat photosensitizer, yaitu jika terkena sinar matahari terik seperti halnya Negara tropis Indonesia dapat menimbulkan berbagai reaksi negative pada kulit, seperti photoallergy, photoxic, disamping pencoklatan kulit ( tanning ) yang tidak disukai oleh orang ASIA yang menyukai kulit yang berwarna putih.

3. Syarat – syarat  preparat kosmetik tabir surya (sunscreen )

  • Enak dan mudah dipakai.
  • Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan.
  • Bahan aktif dan bahan dasar mudah tercampur.
  • Bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit.

Syarat – syarat bagi bahan aktif untuk preparat tabir surya :

  • Efektif menyerap radiasi UV – B tanpa perubahan kimiawi, karena jika tidak demikian akan mengurangi efisiensi, bahkan menjadi toksik atau menimbulkan iritasi.
  • Meneruskan UV – A untuk mendapatkan tanning ( di kulit Kaukasia / Eropa ).
  • Stabil , yaitu tahan keringat dan tidak menguap.
  • Mempunyai daya larut yang cukup untuk mempermudah formulasinya.
  • Tidak berbau atau boleh berbau ringan.
  • Tidak toksik , tidak mengiritasi, dan tidak menyebabkan sensitasi.

Bentuk – bentuk preparat (sunscreen ) dapat berupa :

  1. Preparat anhydrous.
  2. Emulsi ( non – greasy O/ W, semi greasy dual emulsion, dan fatty W/O ).
  3. Preparat tanpa lemak ( greaseless preparation )
  4. Preparat Anhidrous.

Minyak Suntan cair menduduki tempat terpenting. Keuntungan khusus dari preparat tabir surya yang berdasar minyak ini adalah daya tahannya terhadap air, sehingga tidak terganggu oleh perspirasi dan air kolam renang atau laut.

Minyak tumbuhan ,terutama minyak wijen,paling umum digunakan, hasil terbaik diperoleh bila preparat minyak dicampur 10 – 15 % bubuk bahan murni penolak sinar matahari, misalnya Zinc oksida.

Konsentrasi bahan aktif 2 – 10 %, tergantung jenis bahan aktif yang digunakan.

  • Emulsi

Segala jenis emulsi, non – greasy O/ W, semi greasy dual emulsion, dan fatty W/O,digunakan sebagai preparat sunscreen. Yang kandungan lemaknya tinggi tampak mirip minyak, sedangkan yang non – greasy mirip preparat yang berdasar air.

Keuntungan dar preparat Emulsi adalah penampakannya yang menarik, serta konsistensinya yang menyenangkan sehingga memudahkan pemakaian. Tak ada resiko tumpah dengan membalikkan botolnya ( kecuali liquid emulsi ) dan produk – produk itu dapat dikemas di dalam tube yang mudah digenggam.

Bahan – bahan tabir surya untuk emulsi O/W larut dalam aair, sedangkan untuk emulsi W/O larut dalam minyak. Dalam emulsi ganda ( dual emulsion ) kadang – kadang digunakan kombinasi antara keduanya.

Polano (1945 ) melakukan pengamatan yang menarik dan menemukan bahwa bahan – bahan aktif yang larut dalam air, seperti tannin, altrazeozone dan Cibazol hanya memperlihatkan efek protektif bila dalam emulsi O/W tetapi tidak dalam emulsi W/O.

  • Preparat tanpa lemak

Dibandingkan tabir surya yang terbuat dari minyak , preparat tanpa minyak ini memiliki keuntungan, yaitu tidak berlemak dan tidak lengket, sehingga lebih menyenangkan untuk dipakai. Kekurangannya adalah preparat ini mudah larut dalam air.

Preparat tanpa lemak ini dapat dibagi berdasarkan tinggi – rendahnya kandungan alcohol, yaitu ethil alcohol atau isopropyil alcohol yang terutama digunakan dalam aerosol.

4. Kelebihan dan Kekurangan sediaan Cream

Kelebihan sediaan Cream

  • Mudah udah menyebar rata
  • Praktis
  • Lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air terutama tipe m/a ( minyak dalam air.
  • Cara kerja langsung pada jaringan setempat
  • Tidak lengket, terutama pada tipe m/a ( minyak dalam air )
  • Bahan untuk pemakaian topical jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun, sehingga pengaruh aborpsi biasanya tidak diketahui pasien.
  • Memberikan rasa dingin, terutama pada tipe a/m ( air dalam minyak )
  • Bisa digunakan untuk kosmetik, misalnya mascara, krim mata, krim kuku, dan deodorant.
  • Bisa meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidak menyebabkan kulit berminyak.

Kekurangan

  • Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m ( air dalam minyak )
    karena terganggu system campuran terutama disebabkan karena perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran 2 tipe crem jika zat pengemulsinya tidak tersatukan.
  • Susah dalam pembuatannya, karena pembuatan cream harus dalam keadaan panas.
  • Mudah lengket, terutama tipe a/m ( air dalam minyak )
  • Gampang pecah, disebabkan dalam pembuatan formulanya tidak pas.
  • Pembuatannya harus secara aseptic
  • 5. Komponen Sediaan Cream Siang
  •  Zat berkhasiat
    Sifat fisika dan kimia dari bahan atau zat berkhasiat dapat menentukan cara pembuatan dan tipe krim yang dapat dibuat, apakah krim tipe minyak dalam air atau tipe air dalam minyak.
  • Minyak
    Salah satu fase cair yang bersifat nonpolar
  • Air.
    Salah satu fase cair yang bersifat polar. Untuk pembuatan digunakan air yang telah dididihkan dan segera digunakan setelah dingin.
  • Pengemulsi :
    Umumnya berupa surfaktan anion, kation atau nonion.pemilihan surfaktan didasarkan atas jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Untuk krim tipe minyak – air digunakan zat pengemulsi seperti trietanolaminil stearat dan golongan sorbitan, polisorbat, poliglikol, sabun.
    Untuk membuat krim tipe air-minyak digunakan zat pengemulsi seperti lemak bulu domba, setil alkohol, stearil alkohol, setaseum dan emulgida.
  • Bahan tambahan;
    Untuk sediaan semi solid agar peningkatan penetrasi pada kulit:

–  Zat untuk memperbaiki konsistensi

Konsistensi sediaan topical diatur untuk mendapatkan bioavabilitas yang maksimal, selain itu juga dimaksudkan untuk mendapatkan formula yang “estetis” dan “acceptable”. Konsistensi yang disukai umumnya adalah sediaan yang dioleskan, tidak meninggalkan bekas, tidak terlalu melekat dan berlemak. Hal yang penting lain adalah mudah dikeluarkan dari tube. Perbaikan konsistensi dapat dilakukan dengan mengatur komponen sediaan emulsi diperhatikan ratio perbandingan fasa. Untuk krim adalah jumlah konsentrat campuran zat pengemulsi.

– Zat pengawet.

  • Pengawet yang dimaksudkan adalah zat yang ditambahkan dan dimaksudkan untuk meningkatkan stabilitas sediaan dengan mencegah terjadinya kontaminasi mikroorganisme. Karena pada sediaan krim mengandung fase air dan lemak maka pada sediaan ini mudah ditumbuhi bakteri dan jamur. Oleh karena itu perlu penambahan zat yang dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme tersebut. Untuk pembuatan cream dugunakan air yang telah dididihkan dan segera digunakan setelah dingin.
    Zat pengawet yang digunakan umumnya metil paraben 0.12 % sampai 0,18 % atau propil paraben 0,02% – 0,05 %.

  • Pendapar
    Pendapar dimaksudkan untuk mempertahankan pH sediaan untuk menjaga stabilitas sediaan. pH dipilih berdasarkan stabilitas bahan aktif. Pemilihan pendapar harus diperhitungkan ketercampurannya dengan bahan lainnya yang terdapat dalam sediaan, terutama pH efektif untuk pengawet.
    Perubahan pH sediaan dapat terjadi karena: perubahan kimia zat aktif atau zat tambahan dalam sediaan pada penyimpanan karena mungkin pengaruh pembawa atau lingkungan. Kontaminasi logam pada proses produksi atau wadah (tube) seringkali merupakan katalisator bagi pertumbuhan kimia dari bahan sediaan.

  • Pelembab

Pelembab atau humectan ditambahkan dalam sediaan topical dimaksudkan untuk meningkatkan hidrasi kulit. Hidrasi pada kulit menyebabkan jaringan menjadi lunak, mengembang dan tidak berkeriput sehingga penetrasi zat akan lebih efektif. Contoh zat tambahan ini adalah: gliserol, PEG, sorbitol.

  • Pengompleks (sequestering)


Pengompleks adalah zat yang ditambahkan dengan tujuan zat ini dapat membentuk kompleks dengan logam yang mungkin terdapat dalam sediaan, timbul pada proses pembuatan atau pada penyimpanan karena wadah yang kurang baik. Contoh : Sitrat, EDTA, dsb.

  • Anti Oksidan.

Antioksidan dimaksudkan untuk mencegah tejadinya ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tidak jenuh yang sifatnya autooksidasi, antioksidan terbagi atas :

  •  Anti oksidan sejati (anti oksigen)
    Kerjanya: mencegah oksidasi dengan cara bereaksi dengan radikal bebas dan mencegah reaksi cincin. Contoh: tokoferol, alkil gallat, BHA, BHT.
  • Anti oksidan sebagai agen produksi.
    Zat-zat ini mempunyai potensial reduksi lebih tinggi sehingga lebih mudah teroksidasi dibandingkan zat yang lain kadang – kadang bekerja dengan cara bereaksi dengan radikal bebas. Contoh; garam Na dan K dari asam sulfit.
  • Anti oksidan sinergis.
    Yaitu senyawa yang bersifat membentuk kompleks dengan logam, karena adanya sedikit logam dapat merupakan katalisator reaksi oksidasi. Contoh: sitrat, tartrat, EDTA.
  • Peningkat Penetrasi.

Zat tambahan ini dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah zat yang terpenetrasi agar dapat digunakan untuk tujuan pengobatan sistemik lewat dermal (kulit).
Syarat-syarat:
– Tidak mempunyai efek farmakologi.
– Tidak menyebabkan iritasi alergi atau toksik.
– Bekerja secara cepat dengan efek terduga (dapat diramalkan).
– Dapat dihilangkan dari kulit secara normal.
– Tidak mempengaruhi cairan tubuh, elektrolit dan zat endogen lainnya.
– Dapat bercampur secara fisika dan kimia dengan banyak zat.
– Dapat berfungsi sebagai pelarut obat dengan baik.
– Dapat menyebar pada kulit.
– Dapat dibuat sebagai bentuk sediaan.
– Tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.

Pada umumnya senyawa peningkat penetrasi akan meningkatkan permeabilitas kulit dengan mengurangi tahanan difusi stratum corneum dengan cara merusaknya secara reversible. Contoh; dimetil sulfida (DMSO), zat ini bersifat dipolar, aprotik dan dapat bercampur dengan air, pelarut organik pada umumnya.

  • Zat pengemulsi
    Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat cream yang dikehendaki. Sebagai zat pengemulsi dapat digunakan emulgid, lemak bulu domba, setaseum, setil alkohol, stearilalkohol, trietanolaminil stearat dan golongan sorbitan, polisorbat, polietilenglicol, sabun.

Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik atau tube, ditempat sejuk

Penandaan
Pada etiket harus juga tertera : “Obat Luar”

6. CONTOH FORMULASI DAY CREAM/KRIM SIANG

FORMULA

Minyak kelapa                            10%

Asam stearat                               20%               

Cetyl alkohol                               0,5%              

BHT                                              0,001%

TEA                                              1,2%

NaOH                                           0,01%            

Gliserin                                        8%

Nipagin                                        0,01%

Parfum                                         qs

Aquadest ad                                100%

PROSEDUR PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI

  • Prosedur Pembuatan
  • Siapkan alat dan bahan.
  • Timbang semua bahan-bahan.
  • Panaskan air di atas penangas air.
  • Fase minyak (minyak kelapa, asam stearat, cetyl alcohol, BHT) dilebur di atas penangas pada suhu 700C (massa 1)
  • Fase air (NaOH, gliserin, Nipagin, TEA) dipanaskan di atas penangas pada suhu 700C (massa 2)
  • Campurkan massa 1 dan massa 2 ke dalam lumpang hangat, geus sampai menjadi massa krim. Kemudian tambahkan aquadest sedikit demi sedikit, gerus ad homogen.
  • Masukkan krim yang sudah jadi ke dalam wadah yang sudah disiapkan, beri etiket pada wadah.
  • Lakukan evaluasi krim (homogenitas, penampilan, stabilitas, dan uji pengolesan pada kulit)
*
  • Cara Evaluasi
*
  • Homogenitas

Krim dioleskan di atas kaca objek kemudian dikatupkan dengan kaca objek lain, lalu amati apakah krim tersebut homogeny, apakah permukaannya halus merata atau ada granul yang masih keras.

*
  • Penampilan krim

Penampilan krim yang diamati adalah warna dan bau. Krim yang dihasilkan diamati secara visual dan dilakukan penyimpanan.

*
  • Stabilitas

Simpan krim selama 7 hari. Dilihat stabilitasnya dari hari 1 sampai hari ke-7, amati terjadi pemisahan pada krim.

*
  • Pemeriksaan tipe krim

Pengujian menggunakan metode warna dengan mencampur basis krim dengan beberapa tetes larutan metilen blue atau sudan III di atas kaca objek, kemudian amati dengan mikroskop.

  • Viskositas

                        Ukur viskositas krim dengan menggunakan viscometer Brookfield.

DAFTAR PUSTAKA

  • Raymond C Rowe, Paul J Sheskey and Marian E Quinn. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. America : The Pharmaceutical Press.
  • Dr. Retno Iswari Tranggono, SpKK , Dra. Fatma Latifah, Apt. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama.

created by

Andriyani Safitri

16334025

TEKNOLOGI SEDIAAN KOSMETIK

ISTN, 2019